Perubahan iklim yang memengaruhi ketersediaan sumber daya alam dan intensitas bencana diduga menjadi alasan utama migrasi penutur Austron...
Perubahan iklim yang memengaruhi ketersediaan sumber daya alam
dan intensitas bencana diduga menjadi alasan utama migrasi penutur
Austronesia dari Taiwan ke belahan dunia bagian selatan, termasuk ke
wilayah Indonesia.
PortalHijau - Para
ahli, yang dipelopori arkeolog dari Australian National University,
Peter Bellwood, kebanyakan telah sepakat bahwa nenek moyang penutur
Austronesia muncul sekitar 5.000 tahun lalu di Taiwan. Mereka kemudian
turun ke wilayah lebih hangat di selatan dengan berlayar dan tiba di
Indonesia melalui Filipina sekitar 4.000 tahun lalu.
Arkeolog
senior dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Harry Truman
Simanjuntak, dalam Simposium Internasional Diaspora Austronesia di
Badung, Bali, Selasa (19/7/2016), melengkapi teori ini dengan
menyatakan, selain jalur timur ini, juga terdapat jalur barat, yaitu
melalui Vietnam hingga Semenanjung Malaysia, sebelum kemudian tiba di
Indonesia. "Kemungkinan jalur barat ini sedikit lebih awal dari migrasi
dari timur. Diperkirakan sekitar 4.300 tahun lalu," ujarnya.
Meski
asal-usul dan jalur migrasinya sudah dipetakan, penyebab migrasi sejauh
ini masih diperdebatkan. "Kenapa mereka bermigrasi? Alasannya pasti tak
sekadar mencari pulau baru untuk lahan pertanian atau sumber daya
lain," kata Bellwood, dalam makalahnya. Bellwood, yang pertama kali
memperkenalkan istilah Austronesia pada 1967, sedianya akan hadir,
tetapi batal dengan alasan teknis. Bellwood hanya mengirim makalah
terbarunya tentang perkembangan studi Austronesia.
Menurut
Bellwood, migrasi ini kemungkinan terkait dengan alasan budaya,
termasuk kemajuan pembuatan perahu dan navigasi pelayaran. Migrasi ini
kemungkinan terjadi secara bergelombang dan bolak-balik.
Studi
lintas disiplin oleh ahli geologi dan geofisika Pusat Penelitian
Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Wahyoe Soepri Hantoro,
membuka peluang baru alasan migrasi ini. Menurut dia, kondisi iklim
ekstrem, terutama siklon atau topan tropis, di Taiwan kemungkinan turut
memicu pencarian tanah baru. "Daerah tropis seperti Indonesia adalah
wilayah aman untuk siklon tropis," ujarnya.
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan berharap, dengan melihat
kembali eksistensi perjalanan penutur Austronesia, masyarakat dapat
melihat kembali bagaimana keberagaman di Indonesia tercipta. (ABK/AIK)
Penulis: Kompas & National Geographic