Luar biasa kemampuan laki-laki yang tinggal di kawasan Hutan Leuser Aceh Tenggara ini. Hutan Leuser sebagai hutan tropis dengan nilai ke...
Luar biasa kemampuan laki-laki yang tinggal di kawasan Hutan Leuser
Aceh Tenggara ini. Hutan Leuser sebagai hutan tropis dengan nilai
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi memang telah diakui dunia,
namun mau dan mampu mengenal 500 jenis tumbuhan yang ada di dalam hutan
tropis Indonesia, bukanlah hal yang biasa, ditambah lagi ia juga ahli
tentang kehidupan beberapa mamalia.
PortalHijau - Begitulah Ibrahim, kemampuan
lelaki yang tinggal tak jauh dari tempat riset tertua dan terlengkap di
dunia yaitu Stasiun Penelitian Ketambe Aceh Tenggara itu telah
membawanya keliling hutan tropis di Indonesia. Ia sering diminta untuk
membantu survei keanekaragaman hayati di Aceh, Jambi, Lampung, Sulawesi
sampai Kalimantan.
Ibrahim lebih sering dipanggil dengan nama
Bang Him Ketambe, sesuai dengan nama tempat ia berasal. Ia hanya sempat
duduk di bangku sekolah sampai kelas 1 SMP karena kendala biaya, namun
kemampuan yang dimilikinya hari ini telah membantu tak sedikit mahasiswa
dari dalam dan luar Indonesia menjadi sarjana. Ada yang berasal dari
Inggris, Belanda, Jerman, Kanada atau Amerika. Dari
Indonesia,diantaranya ada yang berasal dari Unas, IPB, Universitas
Sumatera Utara, STIK,Universitas Syiah Kuala, juga Universitas
Indonesia. Belum lama ini Ibrahim juga menjadi salah anggota tim survei
keberadaan badak di Kalimantan bersama WWF Indonesia.
Sejak usia
20 tahun Ibrahim mulai ikut dengan survei-survei keanekaragaman hayati
yang dilakukan oleh peneliti luar. Dimulai pada tahun 1986, Ibrahim
terlibat dalam Proyek Siamang Gibbon bersama peneliti Rhine Vollunbrach.
Di tahun 1991 ikut dalam Survei Botani bersama Handcuff Netherland. Dua
tahun berselang ia ikut bersama peneliti Belanda Carrel Van Schack
untuk Survei Orangutan. Keterlibatannya dalam survei-survei
keanekaragaman hayati terus berlangsung hingga sekarang.
“Saya
belajar mengenal pohon dari Almarhum Pak Bugam,belajar penamaan ilmiah
pohon dari LIPI dan belajar cara-sara survei juga dari peneliti luar..”
terang Ibrahim saat ditemui di rumahnya yang dikelilingi kebun
berbagai tanaman. “Kita dapat membedakan jenis pohon melalui buah,kulit,
daun,getah atau aromanya..”lanjut Ibrahim ketika ditanya tips mengenal
pohon yang ada di dalam hutan.
Ayah dari 6 putra dan 1 cucu ini
menceritakan tentang perasaannya terhadap hutan. “Hutan sudah menjadi
bagian dari jiwa saya, jadi saya rela dan betah saja berbulan-bulan
masuk hutan,kalau bertemu dengan jerat-jerat harimau atau burung akan
saya buang, saya tidak takut meski pernah dilarang masuk kawasan itu
lagi karena tindakan itu..,ungkap Ibrahim”.
Sudah lebih 30 tahun
Ibrahim bekerja untuk membantu penelitian keanekaragaman hayati hutan
Indonesia. Kemampuan seperti Ibrahim sangat dibutuhkan untuk survei
dalam proyek-proyek kehutanan,misalnya survei vegetasi atau survei
keberadaan satwa liar.
Banyak menghabiskan waktu berbulan-bulan di hutan
saat bekerja menjadikan Ibrahim tahu persis bahwa ada perubahan yang
terjadi karena kerusakan hutan.
“Satu tahun terakhir ini,suara
rangkong sudah jarang sekali saya dengar kicauannya di sekitar
kampung..”ujar Ibrahim. Rangkong adalah jenis burung yang suaranya
sangat khas sekali dan sering diburu untuk diambil paruhnya oleh
pemburu. “Kalau cerita pohon, pohon meranti sudah jarang kita jumpai
bahkan ada satu jenis pohon yang saya tidak pernah jumpai lagi di hutan
yaitu Pohon Tarum,mungkin sudah punah..”ungkapnya lagi. “..dan yang
pasti dan dapat dirasakan oleh semua orang adalah cuaca makin
panas,iklim berubah,perubahan ini sejalan dengan kegiatan alih fungsi
lahan hutan, penebangan liar dan perburuan yang masih terus
terjadi..”terang Ibrahim.
Pernyataan Ibrahim sejalan dengan data
yang dihimpun LESTARI dimana angka deforestasi di Lanskap Leuser
mencapai angka 8.039 hektar per tahun. Angka ini cenderung bertambah
setiap tahunnya. Untuk itu, Lestari Leuser memiliki komitmen kuat agar
setiap kegiatan yang dilakukan memberikan kontribusi bagi perlindungan
hutan, penurunan emisi dan perlindungan keanekaragaman hayati.
Di
kampung Bang Ibrahim di Aceh Tenggara,LESTARI sedang mengadvokasi
lahirnya peraturan bupati tentang regulasi dana desa untuk sektor
kehutanan, dan juga sedang mengadvokasi agar desa-desa di sana memiliki
dokumen RPJM Desa yang pro terhadap lingkungan dan pelestarian hutan.
Dengan hutan dan keanekaragaman hayati yang terjaga diharapkan hutan
dapat memberikan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan manusia dalam waktu
yang lama dan dengan kualitas yang terjaga.
Ada sumber air yang
perlu kita jaga, ada hasil hutan selain kayu yang dapat kita ambil
manfaatnya, bahkan jika Leuser sebagai hutan tropis penting ini dapat
kita jaga maka dapat terus menarik perhatian para peneliti dan wisatawan
dari seluruh dunia.
Ibrahim adalah salah satu dari sedikit orang
yang telah memberi kontribusi di bidang keanekaragaman hayati di
Indonesia. Ia masih menyimpan harapan bahwa suatu hari pengetahuannya
tentang jenis tumbuhan dan mamalia dapat dibukukan.
Dengan
kekayaan sekitar 8.500 jenis tumbuhan, 130 jenis mamalia , 325 jenis
burung,dan ratusan jenis fauna lainnya di Leuser, adakah dari kita
yang ingin mengikuti jejaknya?
Penulis: Lestari Leuser