Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar, mengungkapkan bahwa Indonesia sudah kehilangan 40% luas hutan...
Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim, Rachmat
Witoelar, mengungkapkan bahwa Indonesia sudah kehilangan 40% luas hutan
dalam wilayah hutan resmi di kawasan larangan pembukaan hutan.
PortalHijau - "Kita
sudah kehilangan hutan di Indonesia sebesar 40%, seperti hutan
nasional, hutan lindung, dan bahkan wilayah yang dilindungi oleh
moratorium hutan Indonesia," katanya seusai pembukaan Youth for Climate
Camp (YFCC) 2015 di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya,
Jumat (11/9).
Ia
mengatakan, ada dugaan bahwa kehilangan hutan di Indonesia terjadi di
lahan hutan primer yang basah, sehingga ini menjadi sebuah tanda bahwa
hutan di dataran rendah telah habis dan akan berpengaruh pada industri
pertanian yang mulai beralih kepada ekosistem sensitif dan kaya akan
cadangan karbon.
"Sebagian besar kejadian ini dikarenakan konon
ada yang membakar hutan untuk memperluas lahan, ada yang memang sengaja
membuang putung rokok dan menyebabkan terjadinya kebakaran hutan, tetapi
ada juga yang terjadi secara spontan yang dipengaruhi oleh suhu yang
panas, seperti ketika ada botol di lahan gambut, maka sinar matahari
yang panas itu akan membakar daun di sekitarnya," paparnya.
Menurut
dia, kejadian ini terjadi di sebagian Pulau Sumatra dan Kalimantan, di
mana Sumatra yang telah lama menjadi tempat ekspansi pertanian berskala
kecil dan besar tersebut mengalami lebih banyak kehilangan hutan primer
di lahan-lahan basah, seringkali dengan pengeringan dan pembakaran lahan
gambut yang kaya akan cadangan karbon dan berkontribusi secara
signifikan terhadap perubahan iklim.
"Menurut pengalaman saya
ketika tahun 2004 yang dahulu saya pernah menjadi Menteri Lingkungan
Hidup untuk menanggulanginya memang susah, apalagi dengan jangka waktu
hanya 5 tahun, namun sekarang kita mencoba untuk menanam lagi dan
menjaga agar hutan tidak berkurang dengan penanaman baru terutama
mangrove atau hutan bakau di kota-kota besar," ujarnya.
Dia
menambahkan, Indonesia merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah
kaca terbesar di dunia karena sebagian besar dari faktor deforestasi dan
pembukaan lahan gambut untuk agrobisnis.
"Permasalahan hutan di
Indonesia adalah permasalahan deforestasi, seperti di daerah Riau
harusnya permasalahan deforestasi bisa dikurangi karena perubahan iklim
saat ini sudah bisa dirasakan semua orang," tuturnya.
Dampak
dari perubahan iklim, ia menambahkan akan semakin parah dari waktu ke
waktu, apalagi jika tidak ada aksi signifikan untuk mengurangi emisi
karbon dan yang paling rentan adalah generasi muda karena mereka yang
paling terdampak di masa depan, sehingga diharapkan generasi muda ikut
berperan aktif dalam memperjuangkan iklim di bumi ini. (Laily Widya Ari Shandi)