Imbas perubahan iklim, petani di kawasan gambut mengalami pergeseran musim tanam. Para petani ini berada di tiga daerah, yaitu Muarojambi, ...
Imbas perubahan iklim, petani di kawasan gambut mengalami pergeseran musim tanam. Para petani ini berada di tiga daerah, yaitu Muarojambi, Tanjung Jabung Barat, dan Tanjung Jabung Timur.
PortalHijau - Kondisi perubahan itu diungkapkan perwakilan Jaringan Masyarakat
Gambut, Budi, saat diskusi publik Perubahan Iklim di Pusaran Indonesia
yang digelar Walhi Jambi, di Hotel Nusa Wijaya, Kota Jambi, kemarin
(24/6).
Budi menuturkan, sejak dahulu, petani
di wilayah gambut sudah memiliki kalender musim sendiri. Kelompok
masyarakat ini memiliki aturan-aturan untuk pembukaan lahan. Selain itu
alat-alat dan cara yang digunakan masih menggunakan tradisional.
"Cara itu kemudian terganggu saat terjadi perubahan iklim," ujarnya.
Dia menuturkan pada Maret-April merupakan masa-masa kesulitan air
bersih. Mei-Juni masa tanam, Juli-September waktu kemarau.
Oktober-Desember merupakan waktu banjir.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Jambi, Bambang Irawan, mengatakan memang terjadi perubahan iklim di dunia. Dia bilang beberapa imbasnya adalah permukaan laut yang naik, suhu yang berubah, dan kondisi-kondisi lain.
Direktur Eksekutif Walhi, Musri Nauli, mengatakan perlu ada perubahan
sistemik untuk keadilan iklim. Hal itu dibicarakan dalam konferensi COP
Paris 2015, yang juga dihadiri Presiden Joko Widodo. Maka dari itu,
perlu komitmen daerah untuk melaksanakannya.
Selain tiga pemateri, hadir juga Kepala Dinas Kehutanan Provinsi
Jambi, Irmansyah Rachman memberi materi, mahasiswa dan para pemerhati
lingkungan. Usai diskusi publik, acara dilanjutkan buka bersama. Duanto