PortalHijau - Ramadan dan Lebaran sudah di depan mata. Para perajin batik di Jember kini mulai putar otak untuk menuai berkah momentum ...
PortalHijau - Ramadan dan Lebaran sudah di depan
mata. Para perajin batik di Jember kini mulai putar otak untuk menuai
berkah momentum hari besar itu.
Salah satu pembatik kini mencoba alternatif pewarnaan batik dengan
warna warna natural atau nonsintetis. Mereka menggunakan limbah kakao
untuk membuat warna batik agar terlihat alami.
Arik, pembatik di Jalan MT Haryono, Jember ini, yang kini mulai
mencoba pewarnaan batik tidak menggunakan warga sintetis. Namun
pewarnaan alam pada batik produksinya.
Saat momentum Ramadan dan Idul Fitri, kebanyakan masyarakat memilih
motif baju muslim yang lain dari pada biasanya. Begitu pun motif
motifnya.
Arik pun kini mencoba menggunakan warna batik produksinya dengan
limbah kulit kakao. Limbah kulit kakao akan membentuk warna batik yang
natural dan tegas sesuai warna aslinya.
Sehingga jika batik tersebut dipakai pada saat moment penting akan lebih terlihat ekslusif dengan warna yang elegan.
Arik memanfaatkan kulit kakao yang banyak dijumpai di jember. Ia
kemudian menghaluskan kulit kakao itu untuk kemudian dicampur dengan air
dan larutan tertentu sebelum digunakan membatik.
“Motif batik dari limbah kulit kakao ini sangat alami dan lembut,” kata dia.
Selain menjual dalam bentuk kain batik, Arik jual menjual batik dalam
bentuk baju muslim dan muslimah. Produksi batik Arik kini banyak
dipesan. Tak hanya dari konsumen di Jember namun juga luar daerah
seperti Surabaya, Malang, Yogyakarta dan Bali. Tiap hari, Arik
memproduksi tak kurang dari 50 batik untuk memenuhi permintaan
konsumennya.
Arik memberikan harga bervariasi untuk batiknya, dari harga Rp200
ribu hingga Rp500 ribu per potong. Sementara untuk baju batik, dia
melempar dengan harga Rp150 ribu rupiah hingga Rp500 ribu. (rzy) Bambang Sugiarto