PortalHijau - Pemerintah menugaskan Badan Restorasi Gambut (BRG) merestorasi 2 juta hektare lahan gambut dalam empat tahun ke depan. L...
"Kami
berharap lokakarya ini dapat memberi berbagai saran teknis dan
nonteknis terkait restorasi gambut yang efektif dan efisien, serta
dapat membantu BRG menjalankan tugasnya secara cepat dan tepat,” ujar
Kepala BRG Nazir Foead dalam sambutannya pada pembukaan lokakarya di
Jakarta pada Selasa, 19 April 2016.
Lokakarya bertajuk
“Restorasi Hutan dan Bentang Lahan (Rentang)” yang berlangsung pada
19-20 April 2016 ini diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, BRG, World Resources Institute Indonesia (WRI Indonesia), dan
International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Peserta
lokakarya berasal dari unsur pemerintah nasional dan lokal, organisasi
masyarakat sipil, institusi penelitian dan universitas, sektor swasta,
dan media. Mereka mendiskusikan Rentang sebagai pendekatan yang
terintegrasi dan melibatkan berbagai pihak.
Tujuannya untuk
memastikan hutan, pohon, dan berbagai fungsinya direstorasi dan
dikonservasi di tingkat lanskap (lebih dari tingkat tapak) secara
efektif untuk membantu mengamankan integritas ekologi dan penghidupan
yang berkelanjutan.
"Restorasi hutan dan bentang lahan ini
merupakan salah satu aspek penting, tidak hanya untuk menjaga
kelestarian hutan dan keanekaragaman hayati, tapi juga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat," kata anggota Staf Ahli Menteri Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto.
Contohnya,
melalui kerangka perhutanan sosial, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan melibatkan masyarakat untuk mengelola sekaligus merestorasi
lahan dengan jenis tumbuhan yang bernilai ekonomi tinggi dan dapat
dikelola secara lestari. Selain itu, ujar Agus, upaya pemerintah
merehabilitasi hutan dan lahan di daerah aliran sungai kritis berusaha
mengurangi risiko bencana, seperti banjir dan tanah longsor.
Lokakarya dua hari ini diharapkan dapat mendukung strategi dan komitmen
pemerintah untuk mempercepat aksi restorasi hutan dan bentang lahan
nasional yang inklusif, komprehensif, efektif, efisien, dan
berkelanjutan.
IUCN dan WRI bekerja sama dalam upaya
pengarusutamaan dan pelaksanaan Rentang di Indonesia, Brasil, Kolombia,
Etiopia, Meksiko, dan Rwanda dengan proyek Percepatan Aksi REDD+.
Mereka mengembangkan metode evaluasi kesempatan restorasi (mekar),
sebuah kerangka kerja fleksibel, terjangkau, dan inklusif, untuk
mengidentifikasi dan menganalisis potensi rentang di berbagai lanskap.
Komponen mekar mencakup pemetaan geospasial atas wilayah yang
berpotensi untuk direstorasi dengan intervensi yang tepat. Lalu
pemodelan ekonomi dan analisis biaya-manfaat restorasi, pemodelan
karbon, diagnosis kehadiran faktor sosial-politik, kunci yang
memungkinkan berhasilnya restorasi, serta analisis keuangan dan
pendanaan restorasi.
Direktur WRI Indonesia Nirarta Samadhi
menjelaskan, pelaksanaan Rentang dan mekar membantu meningkatkan
penyerapan karbon dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim
melalui strategi pembangunan rendah emisi.
"Selain
meningkatkan keanekaragaman hayati, meningkatkan ketahanan pangan,
menurunkan erosi tanah, dan menambah ketersediaan air bersih. Selain
itu, dapat membantu pengentasan kemiskinan lewat penciptaan lapangan
pekerjaan yang ramah lingkungan di perdesaan,” ujarnya.
Selain
mendukung tujuan restorasi nasional, rentang berkontribusi pada
inisiatif global. Seperti Tantangan Bonn—sebuah aspirasi global untuk
memulihkan 150 juta hektare lahan yang terdegradasi dan terdeforestasi
pada 2020 dan memperkuat Kemitraan Global akan Restorasi Hutan dan
Bentang Lahan.
Direktur Regional IUCN Kantor Regional Asia Aban
Marker Kabraji menjelaskan “Proyek Percepatan Aksi” menandakan langkah
yang positif dalam kemitraan antara IUCN dan Indonesia.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia sangat penting bagi Asia
dan dunia. Sebagai jaringan terbesar yang bergerak di isu
lingkungan, kata dia, IUCN bekerja sama dengan pemerintah Indonesia
melalui program konservasi yang sedang berlangsung dan kehadiran IUCN
yang lebih strategis di Indonesia. UNTUNG WIDYANTO