PortalHijau.com | Manajer Kampanye dan Advokasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bengkulu Sony Taurus mengatakan, berdasarkan data yang...
PortalHijau.com | Manajer Kampanye dan Advokasi
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bengkulu Sony Taurus mengatakan,
berdasarkan data yang dimiliki pihaknya, sekira 57 harimau sumatera (panthera tigis sumatrae) di Bengkulu turun gunung. Hal terjadi lantaran adanya kerusakan hutan yang menjadi wilayah jelajah harimau.
Dari 57 harimau yang terdata, ada 40 ekor harimau yang berkeliaran di
wilayah hutan Kabupaten Bengkulu Utara, Lebong dan Rejang Lebong. 12
ekor berkeliaran di wilayah hutan Kabupaten Kepahiang, Bengkulu Tengah
dan Seluma. Dan lima ekor lainnya berkeliaran di Kabupaten Bengkulu
Selatan dan Kaur,” papar Sony, Minggu (31/1/2016).
Ia menjelaskan, di Semidang bukit kabu telah mengalami kerusakan
cukup parah, dari luas sekira 9.035 Hektare (Ha) 75% diantaranya rusak
dan gundul.
“Kerusakan Semidang Bukit Kabu diduga tidak lepas dari perusahaan tambang batu bara yang ada di sekitarnya,” tambahnya.
Sepanjang dua tahun terakhir, konflik manusia dan harimau di sekitar
kawasan Semidang Bukit Kabu, sedikitnya ada tujuh warga yang mengalami
serangan harimau, yakni; lima dari warga Desa Sekalak dan dua warga dari
Desa Talang Beringin, Kabupaten Seluma.
Bahkan, kata dia, harimau juga mengancam masyarakat di desa sekitar
Taman Buru Semidang Bukit Kabu. Seperti di Desa Lubuk Resam, Talang
Beringin, Puguk, Sekalak di Kabupaten Seluma dan Desa Kuta Nyiur di
Kabupaten Bengkulu Tengah.
“Alih fungsi kawasan hutan menjadi areal pertambangan batu bara,
mengakibatkan luas hutan yang menjadi habitat harimau sumatera, terus
berkurang dan mengalami kerusakan,” tutur Sony.
Ia menambahkan, kerusakan kawasan hutan di sembilan Kabupaten di
Bengkulu telah mencapai 26,7%, dari total luas yang terdapat di Hutan
Konservasi, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi.
Sehingga, kata dia, populasi harimau sumatera saat ini diperkirakan hanya tersisa sekira 400-500 ekor.
“Teritorial harimau sudah berubah. Keadaan tersebut telah menekan
harimau sumatera untuk mencari teritorial baru dan masuk ke pemukiman
(warga) untuk mencari mangsa. Sehingga, menyebabkan konflik manusia
dengan harimau untuk mencari mangsa,” tutup dia. (fzy)