HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kantong Plastik Berbayar Menekan Kerusakan Lingkungan

PortalHijau.com  | Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus berupaya menekan tingkat pertumbuhan sampah plastik...

PortalHijau.com | Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus berupaya menekan tingkat pertumbuhan sampah plastik. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, telah menginstruksikan untuk mengutip bayaran atas pemakaian kantong plastik di supermarket atau toko. Kebijakan ini sudah dibicarakan sampai ke tingkat direktorat jendral dan tim teknis.

Selama ini sampah plastik atau anorganik selalu menjadi penyumbang sampah terbanyak di kota-kota besar di Indonesia. Pada 2014 saja, ada 64 juta ton sampah yang 9,6 juta ton di antaranya berasal dari plastik. Mengingat jumlah tersebut tak sedikit, sangat mendesak dibuat kebijakan terbaru.

Kebijakan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutan cepat dilaksanakan, di antaranya Direkorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbaya mengeluarkan Surat Edaran Nomor: SE-06/PSLB3-PS/2015. Mulai surat ini, KLHK mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar di 17 kota, terdiri DKI Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makasar, Ambon dan Jayapura.

Di antara ke-17 kota itu ada Kota Medan. Hal ini membuktikan Medan tak terlepas dari sampah anorganik. Apalagi, Medan merupakan kota bisnis yang berkembang pesat. Roda perekonomian berputar seakan tak ada habisnya. Kota ini juga disebut pintu masuk Indonesia bagian barat. Berbagai pusat perbelanjaan tumbuh bak jamur di musim penghujan, baik bergaya modern maupun tradisional.

Pembangunan mal, sepermarket maupun minimarket sangat cepat berkembang. Seperti, minimarket yang sangat fenomenal saat ini, hampir di setiap sisi jalan di Medan ada minimarket. Tak sekadar tempat belanja modern yang semakin pesat, pasar tradsional pun tak ketinggalan, sudah disulap sedemikian baiknya. Pasar Sukaramai salah satunya, sudah didesain indah. Terbaru dibuat Pemko Medan, Pasar Tuntungan. Pasar itu dibuat untuk memindahkan para pedagang di Pasar Sambu.
Pesatnya pertumbuhan tempat perbelanjaan dan bisnis lainnya baik bisnis tradisional maupun modern menunjukkan laju perekonomian di Medan semakin bergerak cepat.

Dinas Kebersihan Kota Medan mencatat sampah plastik di Ibukota Provinsi Sumatera Utara itu mencapai 1.735 ton per hari. Jika dikalikan sebulan akan mencapai 51.750 ton. Walaupun tak semuanya sampah plastik anorganik, kalau dibagi dua mencapai 25.875 ton per bulan. Bayangkan, dengan jumlah tersebut tentu sungguh sangat bedampah buruk bagi warga Medan.

Jumlah sampah plastik di Medan dipastikan akan meningkat, mengingat kini sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pastinya, adanya MEA akan meningkatkan pertumbuhan tempat bisnis. Pastinya, dengan peningkatan itu otomatis akan menambah sampah anorganik.

Kebijakan Efektif

Penerepan sampah berbayar sesungguhnya lebih efektif daripada daur ulang sampah di masyarakat negara berkembang ini. Lihat pada daur ulang sampah yang dilakukan pemerintah maupun penggiat lingkungan. Berbagai sosialisasi daur ulang sampah terus diupayakan seperti pembuatan tas, rak sepatu atau sandal, pas bunga dan lainnya. Namun sosialisasi daur ulang sampah ini belum menyentuh masyarakat luas. Hanya berbagai komunitas lingkungan, pemerintah dan sekolah yang mendapatkannya.

Kantong sampah berbayar sudah diterapkan negara di dataran Inggris Raya, seperti di Inggris. Negara tersebut telah membuat peraturan bagi yang membawa belanjaan memakai kantong plastik baik dari supermarket dan toko besar lainnya akan dikenakan lima pence atau Rp 1.200. Kebijakan Pemerintahan Inggris ini disambut baik oleh pecinta lingkungan di sana.

Selain Inggris, Wales, Skotlandia, Irlandia Utara telah menerapkan hal sama. Di Wales, dengan peraturan tersebut penggunaan kantong plastik turun hingga 71 persen. Sementara di Skotlandia dan Irlandia Utara masing-masing turun 12,8 persen. Negara di Afrika Selatan, Rwanda, Kenya, China, Italia dan Bangladesh pun sudah merapkan hal sama.

Bagi Pemko Medan, sebelum menerapkan kantong plastik berbayar sebaiknya melakukan sosialisasi agar masyarakat mengetahui kantong plastik sudah tidak gratis. Sosialisasi pun penting dilakukan di lingkungan dunia pendidikan, karena kalangan siswa maupun mahasiswa termasuk produktif membeli sesuatu dan membawanya menggunakan kantong plastik. Dipastikan, dengan adanya kantong plastik berbayar warga Kota Medan tak akan sembarangan untuk memakai kantong plastik.

Jika ini diterapkan, bisa jadi sampah di Kota Medan akan berkurang. Pastinya, menekan jumlah sampah akan menjadikan lingkungan lebih baik. Walaupun tak mudah diterapkan, selain memperoleh dampak ramah lingkungan, Pemko Medan akan mendapatkan suntikan dana baru dari hasil plastik berbayar.

(Oleh: M Sahbainy Nasution) Penulis alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara