Ibrahim Saidy merupakan bagian dari semakin banyaknya gerakan antar-agama yang didorong pemerintah untuk melawan pemanasan global. Ima...
Ibrahim Saidy merupakan bagian dari semakin
banyaknya gerakan antar-agama yang didorong pemerintah untuk melawan pemanasan
global.
Imam Ibrahim Saidy berharap menarik perhatian pembicaraan iklim di Paris terhadap masalah-masalah dan ketidakadilan terkait pemanasan global lewat simposium dan puasa bulanan.
Ia
menyebutnya "jihad hijau." Ulama dari Norwegia itu muncul dengan ide
gerakan lingkungan hidup suci setahun lalu. Ia menggunakan kata jihad dalam
arti perjuangan untuk melakukan sesuatu yang baik, bukannya pengartian para
ekstremis untuk menunjukkan perang suci.
"Jihad
hijau adalah untuk melindungi dan menyelamatkan nyawa," ujar Saidy kepada
Associated Press hari Selasa (1/12). "Untuk membuat orang sadar bahaya
perubahan iklim dan berjuang untuk keadilan iklim."
Saidy
merupakan bagian dari semakin banyaknya gerakan antar-agama yang mendorong
pemerintah untuk melawan pemanasan global. Dalam dua tahun terakhir, sekitar
10.000 aktivis agama berpuasa pada hari pertama tiap bulan untuk menarik
perhatian akan pemanasan global, menurut Caroline Bader dari Lutheran
World Federation.
Ide itu muncul
dalam pembicaraan iklim dua tahun lalu ketika Topan Super Haiyan menghantam
Filipina, membuat para negosiator Filipina pada KTT iklim tersebut untuk
berpuasa. Umat beragama lain bergabung dan tidak pernah berhenti setelah
itu.
Selasa
merupakan hari berpuasa, jadi Saidy dan puluhan lainnya duduk di belakang
nampan-nampan kosong pada konferensi iklim di Paris tersebut, menjelaskan
mengapa mereka tidak makan.
"Saya
berpuasa hari ini karena dunia kita tidak akan pernah lengkap sampai ada tempat
di meja, meja keadilan iklim, untuk semua orang," ujar Pendeta John
McCullough, kepala Church World Service di New York.
Sementara
ensiklik Paus Fransiskus mengenai lingkungan hidup tahun ini telah memberikan
suara moral besar bagi isu perubahan iklim, ia tidak sendiri.
"Paus
jelas merupakan bintang rock, berkah bagi gerakan iklim," ujar Anna
Joyner, aktivis iklim religius dan ahli strategi kampanye untuk We Are
Here Now di AS.
"Orangtua
kami lebih tertarik pada dunia spiritual dan akhirat," ujar Joyner.
"Para penginjil juga lebih tertarik pada hal-hal itu tapi cenderung lebih
fokus pada apa yang kita perbuat sekarang dan ide besar untuk membawa kerajaan
surga ke Bumi."
Joyner,
putri pastor gereja besar Evangelical, membawa beberapa musisi Kristen dari
North Carolina ke KTT iklim di Paris.
"Perdamaian
sedang dipertaruhkan," ujar Pendeta Thabo Cecil Makgoba, Uskup
Anglikan dari Cape Town, Afrika Selatan. "Ini isu moral dan etis, dan ini
isu spiritual."
Sumber : Voaindonesia