PortalHijau.Com - Ada hal yang berbeda dengan pemerintah Indonesia di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP 21, UNFCC. Dim...
PortalHijau.Com - Ada hal yang berbeda dengan pemerintah Indonesia di Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP 21, UNFCC. Dimana Indonesia menunjukkan
komitmennya untuk menurunkan emisi karbon dengan merilis sistem
penghitungan emisi karbon Indonesia, yang diberi nama Indonesian
National Accounting Carbon System (INCAS) pada acara Global Landscape
Forum (GLF) di Palais de Congres, Paris, Perancis, Sabtu (5/12/2015).
“Kami
berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim. Sistem ini merupakan
langkah untuk membantu Indonesia memantau penurunan emisi dengan target
sebesar 29 persen pada tahun 2010,”kata Rachmat Witoelar, Utusan Khusus
Presiden untuk Perubahan Iklim saat memberikan sambutanya.
Tidak
lupa Witoelar mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kerjasama dari
CIFOR dan Australia AID. Disadari bahwa INCAS merupakan produk
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dibantu oleh
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), CIFOR dan Australia.
Oleh karena itu, dalam peluncuran sistem penghitunga emisi
karbon tersebut dipimpin langsung oleh Pemerintah Indonesia yang
diwakili oleh Rachmat Witoelar, bersama Menteri Lingkungan Hidup
Australia, Greg Hunt serta General Director CIFOR, Peter Holmgren.
“Ini
kemajuan besar dalam sistem penghitungan emisi karbon, terutama di
Indonesia. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara pemilik
hutan tropis dan hutan mangrove terbesar di dunia sangat membutuhkan
teknologi ini,”kata Hunt.
Selain itu, Hunt juga menyampaikan
apresiasi atas kerja keras tim peneliti INCAS yang telah berhasil
menyelesaikan sistem penghitungan emisi karbon di Indonesia. Dimana
sistem tersebut sudah bisa diakses publik secara online dengan alamat
www.incas-indonesia.org.
Haruni Krisnawati, Ketua tim peneliti
INCAS menegaskan bahwa INCAS merupakan sistem penghitungan emisi karbon
yang telah diuji oleh para pakar dan memenuhi standar Transparancy,
Acountability, Consistently, Completeness dan Comparable (TACCC).
"Kami
fokus mengembangkan sistem ini mulai 2011 dengan data terbaru yang
diolah adalah data tutupan hutan dan lahan pada 2012. Jadi informasi
yang muncul bukan emisi karbon keseluruhan, tapi hanya dari hutan dan
lahan,"kata Haruni.
Lebih lanjut, Haruni menjelaskan bahwa INCAS
ini sudah mengakomodasi seluruh data emisi dari seluruh propinsi di
Indonesia. Sistem ini juga bisa menghitung stok atau serapan karbon
nasional dari kegiatan hutan dan lahan gambut, mencakup deforestasi,
degradasi hutan, pengelolaan hutan, dan peningkatan stok karbon hutan,
serta emisi dan oksidasi biologis dan kebakaran dari lahan gambut dengan
memperhitungkan semua pool karbon dan semua tipe GRK yang relevan.
“INCAS
berawal dari data tentang tutupan hutan dan lahan dari data spasial
milik LAPAN. Selanjutnya dibandingkan dengan data Kementerian LHK
tentang kawasan dan fungsi hutan, data lahan konsesi dan data jenis
tanah. Termasuk data tentang kebakaran yang diolah sendiri oleh tim juga
dimasukkan, karena belum ada data tentang kebakaran, termasuk titik dan
tingkat keparahan areal yang terbakar," kata Haruni.
Sumber berita:
Di Paris, Indonesia Luncurkan Sistem Penghitungan Emisi Karbon
Indonesia luncurkan sistem penghitung emisi di Paris - REDD Indonesia
Di Paris, Indonesia Luncurkan Sistem Penghitungan Emisi Karbon
Indonesia luncurkan sistem penghitung emisi di Paris - REDD Indonesia