PortalHijau.Com - Masyarakat pada umumnya menilai PT Freeport Indonesia memproduksi emas. Tapi itu ternyata tidak sepenuhnya benar. ...
PortalHijau.Com - Masyarakat pada umumnya menilai PT Freeport Indonesia memproduksi emas. Tapi itu ternyata tidak sepenuhnya benar.
Nurhadi
Sabirin, EVP & General Manager Freeport Indonesia, menyatakan
sebenarnya perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini memproduksi
konsentrat. Dalam konsentrat yang bentuknya mirip pasir itu mengandung
sejumlah material berharga yaitu emas, perak, dan tembaga.
"Produk
akhir kita konsentrat. Saya 25 tahun kerja di sini belum pernah lihat
emas," ujar Nurhadi di komplek pertambangan Freeport Indonesia, Timika,
Papua, Sabtu (14/2/2015).
Nurhadi pun menjelaskan asal mula
'lahirnya' konsentrat. Awal mula konsentrat adalah ore, atau batuan yang
diduga mengandung material berharga.
Setiap harinya, Freeport
mengolah 220.000-240.000 ton ore atau bijih. Lalu dilanjutkan ke proses
penghalusan di mesin raksasa. Semakin halus akan semakin bagus.
"Kemudian
ada proses membuat mineral berharga atau konsentrat mengapung.
Ditambahkan bahan kimia yang memodifikasi sifat mineral berharga, akan
timbul gelembung dan mineral berharga mengapung dan menempel di
gelembung. Tembaga, emas, perak, menempel semua," jelasnya.
Kemudian, menurut Nuhadi, konsentrat yang masih basah itu dikirim ke pelabuhan. Lalu dikeringkan dengan kadar uap maksimal 10%.
Konsentrat
yang merupakan produk akhir itu pun siap dikirimkan. Dari
220.000-240.000 ton bijih per hari, hanya 6.000 ton yang menjadi
konsentrat.
"Sekitar 40% kita olah di PT Smelting di Gresik
(Jawa Timur). Sementara 60% kita ekspor ke berbagai negara terutama di
Asia. Tidak ada yang diekspor ke AS," jelas Nurhadi.
Sisa pengolahan bijih menjadi konsentrat menyisakan pasir. Ini pun bisa dimanfaatkan.
"Pasir sisa pengolahan juga dimanfaatkan. Misalnya untuk membangun jalan," kata Nurhadi.
Nurhadi
menambahkan, proses yang dilalui dari bijih menjadi konsentrat sudah
mencakup 95% nilai tambah. Sementara pengolahan di smelter hanya
menambah 5%.
"Konsentrat itu sudah 95%. Sisanya 5% di smelter, misalnya menjadi lempengan tembaga atau batangan emas," kata Nurhadi. (hds/ang)