JAKARTA -- Tim Komunikasi Presiden (TKP) Ari Dwipayana mengatakan, sejak Juni hingga saat ini telah ditabur sebanyak 284,9 ton garam di a...
JAKARTA -- Tim
Komunikasi Presiden (TKP) Ari Dwipayana mengatakan, sejak Juni hingga saat ini
telah ditabur sebanyak 284,9 ton garam di awan Cummulus sebagai bagian dari
rekayasa cuaca melalui hujan buatan.
Ari
mengatakan, proses hujan buatan dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Tentara
Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK).
"Sebanyak
empat pesawat terbang yaitu, tiga pesawat Casa dan satu pesawat CN-295 terus
terbang melakukan penyemaian awan. Pesawat ditempatkan di Pekanbaru, Palembang,
Pontianak, dan Palangkaraya," kata Ari melalui keterangan tertulis yang
diterima Investor Daily, pada Sabtu
(31/10).
Ari
mengatakan garam dapur (NaCl) berukuran sangat kecil ditaburkan di awan-awan
Cummulus. Butir NaCl bersifat higroskopis itu menyerap butir-butir air dalam
awan sehingga bertambah besar ukuran butirannya. "Adanya proses tumbukan
dan penggabungan di dalam awan menyebabkan turunnya hujan," jelas dia.
Menurut
Ari, selama periode 26-30 Oktober, kombinasi antara hujan buatan dan hujan alam
turun cukup merata di Pulau Sumatera dan Kalimantan sehingga kualitas udara
membaik. Disebutkan, semua indikator, seperti jumlah hotspot,
jarak pandang, dan kualitas udara menunjukkan kondisi yang membaik secara
signifikan.
Ari
mengatakan, sebelumnya jumlah hotspot pada 24 Oktober lalu mencapai ribuan,
yaitu sebanyak 2.218 hotspot. Jumlah itu
menurun menjadi 402 hotspot, pada Sabtu
(31/10).
"Begitu
pula jarak pandang, jika sebelumnya rata-rata kurang dari 500 m, namun saat
ini sudah menjauh," katanya.
Lebih
lanjut dikatakan, pada Sabtu (31/10) pagi, jarak pandang di Padang mencapai 4
km, Pekanbaru (7 km), Jambi (2,8 km), Palembang (800 m), Pontianak (2 km),
Palangkaraya (1,5 km), dan Banjarmasin (6 km).
Indeks
kualitas udara (PM10) yang sebelumnya di banyak kota sering berada di level
berbahaya, pada Sabtu (31/10) kota-kota di Pulau Sumatera dan Kalimantan berada
pada level Baik-Sedang.
Sesuai
prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada periode
26-31 Oktober, hujan dan awan-awan potensial banyak di Pulau Sumatera dan
Kalimantan.
"Untuk
mempercepat dan meningkatkan intensitas hujan, maka Pemerintah mengintensifkan
operasi hujan buatan," katanya.
Sumber : Beritasatu, Foto : Ilustrasi/skalanews