Sekitar 80% Ekosistem Taman Nasional Gunung Leuser merupakan rumah bagi populasi badak dan gajah Sumatera. Kawasan ini telah teranca...
Sekitar 80%
Ekosistem Taman Nasional Gunung
Leuser merupakan rumah bagi
populasi badak dan gajah Sumatera. Kawasan ini telah terancam dan
mengalami tekanan menuju kehancuran yang drastis.
“Jika tidak ada
upaya nyata menyelamatkan kawasan ini, maka kita akan mengenang kelalaian kita
ketika kedua satwa kharismatik ini punah” tegas Danurfan, kordinator pawai
global untuk gajah dan badak di Aceh, 4 oktober 2015.
Menurutnya, laju
degradasi hutan Indonesia mencapai 2 juta hektar per tahun. Konversi hutan,
illegal logging, dan kebakaran hutan merupakan ancaman utama kelestarian hutan
Aceh saat ini.
Aceh, lanjut dia,
adalah salah satu benteng terakhir bagi kehidupan gajah dan badak Sumatera.
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memegang harapan terakhir pelestarian dan
keberadaan satwa tersebut di bumi. Selai TNGL, juga ada Taman Nasional
Bukit Barsan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Wai Kambas (TNWK) di Lampung.
“Tahun ini, bahkan
pemerintah Malaysia sudah meyatakan Badak Sumatera sudah punah” lanjutya.
Gajah dan badak
Sumatera telah dinyatakan kritis terancam punah. Ancaman kepunahan bahkan lebih
parah daripada gajah dan badak Afrika. Sementara Badak Jawa pun hanya tersisa
di Taman Nasional Ujung Kulon.
“Dalam 3 tahun
terakhir, hampir 200 gajah Sumatera atau sekitar 10% dari total populasi telah
mati,” kata dia.
Pawai yang
diselenggarakan dua hari berturut-turut ini melibatkan berbagai komponen
masyarakat. Ratusan orang terlibat dalam pawai global yang menyuarakan
pentingnya upaya konservasi untuk badak dan gajah sumatera. Rangkaian
pawai ini dimulai sejak sabtu hingga minggu, 3-4 Oktober 2015.
Para peserta
membawa atribut spanduk hingga boneka berbentuk gajah dan badak. Selain
bergam atribut dan orasi, pawai ini juga dimeriahkan dengan aksi teatrikal,
lukis tubuh serta pembacaan puisi.
Peserta berjalan
kaki sejauh 4 kilo meter mengelilingi pusat keramaian di kota Banda Aceh.
Pawai dimulai dari Taman Putrophang, Mesid Raya Baitrrahman, Simpang Lima lal
kembali ke Taman Putrophang.
“Kedua jenis satwa
ini sudah sangat langka. Keberadaannya di alam semakin hari, semakin
ternacam,” ucap Danurfan.
Sumber : nationalgeographic, Foto : poskotanews