HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Jagalah Lingkungan Untuk Daya Dukung Bumi

Oleh: Fatimahhakki Salsabela M, S.Psi MELESTARIKAN ling­kung­an perlu implementasi, tidak sekadar pemikiran dan retorika saja. Hal i...

Oleh: Fatimahhakki Salsabela M, S.Psi

MELESTARIKAN ling­kung­an perlu implementasi, tidak sekadar pemikiran dan retorika saja. Hal itu dise­bab­kan lingkungan adalah alam nyata, bukan alam kata-kata sehingga dibutuhkan imple­mentasi sehingga terealisasi alam yang asri, sehat menye­hatkan bagi semua makhluk hidup di lingkungan itu.

Lingkungan merupakan bagian terkecil dari bumi dan bumi bagian terkecil dari ja­gat raya ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Saling keterkaitan sehingga makhluk hidup ti­dak dapat hidup apa bila ti­dak berinteraksi dengan se­sama makhluk hidup dan ling­kungan.

Tidak ada kata lain selain melestarikan lingkungan se­hingga semua makhluk hi­dup di bumi ini bisa hidup. Untuk itu melestarikan ling­kungan sesuatu harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Melestarikan lingkung­an itu mudah dilakukan bila dengan sepenuh hati dan de­ngan cara-cara sederhana yak­ni secara alami.

Melestarikan lingkungan suatu akumulasi dari keseim­bangan alam. Bila keseim­bang­an alam terganggu maka terjadi kerusakan lingkung­an. Kehidupan dapat berjalan terus menerus karena ada lingkungan, ketika lingkung­an tidak ada maka kehidupan tidak ada. Sangat sederhana dan untuk melestarikan ling­kungan juga sangat sederhana yakni dengan cara alami. Ar­tinya kembali kepada alam yang sesungguhnya.

Contoh sederhana ketika hutan telah gundul atau hi­lang maka banjir datang se­bab hutan pasangan dari air hujan yang turun ke bumi. Tanah longsor terjadi karena keseimbangan bukit telah hi­lang sebab penyanggah bukit telah rusak, tanaman di atas­nya telah ditebang, struktur ba­tuan di bukit telah digali tanpa terkendali.

Lingkungan hidup rusak akibat ulah tangan manusia sehingga melestarikan ling­kungan menjadi kata kunci. Bencana alam terjadi karena keseimbangan alam sudah ter­ganggu, hanya itu maka untuk menghilangkan ben­ca­na harus mengembalikan ke­seimbangan alam. Petani sulit untuk bertanam sebab cuaca tidak seimbang, selalu ber­ubah-ubah atau istilahnya cua­ca ekstrim.

Cuaca ekstrim akibat kese­imbangan lingkungan ter­ganggu karena alam dieks­ploitasi tanpa perhitungan. Worls Resources Institute, mencatat Indonesia telah ke­hilangan 72% hutan alam de­ngan kehilangan areal hutan rata-rata 3,4 juta hektar per tahun. Melestarikan ling­kung­an pada dasarnya men­jaga keseimbangan ling­kung­an secara alami.

Manusia sebagai pemim­pin (khalifah) di permukaan bumi bertanggungjawab men­jaga keseimbangan alam sebab makhluk lain selain manusia seperti hewan masih taat menjaga lingkungan. Saling berinteraksi dan saling berpasangan. Hubungan tim­bal balik lingkungan dengan manusia harus terjadi agar lingkungan hidup lestari.

Manusia harus ramah ke­pada lingkungan. Bukti ra­mah kepada lingkungan yak­ni menjaga keseimbangan lingkungan, tidak merusak akan tetapi menjaganya. Bila manusia melestarikan alam secara alami maka secara alami pula alam terpelihara dan manusia dengan berbagai makhluk hidup lainnya bisa berdampingan. Bila keseim­bangan alam terganggu maka populasi tanaman (hutan) dengan populasi hewan dan manusia tidak seimbang ma­ka sirkulasi udara di atmos­fera terganggu.

Bahaya matahari langsung ke bumi, tidak ditahan oleh tanaman (hutan) sehingga me­nimbulkan efek rumah kaca. Akibatnya sirkulasi angin, penguapan air permu­kaan laut tidak seimbang maka terjadi cuaca ekstrim. Me­redam cuaca ekstrim ha­rus mengembalikan kondisi alam yang seimbang yakni melestarikan alam secara alami. Melestarikan alam, ramah kepada lingkungan pa­da dasarnya untuk semua manusia di bumi ini.

Bumi Punya Daya Dukung
Perlu disadari manusia sebagai pemimpin di bumi ini maka tidak baik jika ma­nusia itu yang merusak alam. Hal itu karena manusia se­sungguhnya adalah bagian penting dari alam, jika ma­nusia merusak alam berarti manusia itu merusak dirinya sendiri. Untuk itu manusia berkewajiban melestarikan alam lingkungan dengan mengembalikan keseimbang­an alam secara alami.

Perlu diingat, manusia ba­gian dari alam lingkungan. Sedangkan lingkungan bagi­an terkecil dari bumi. Manu­sia memiliki daya dukung un­tuk bisa bertahan hidup. Bumi juga punya daya du­kung agar lingkungan hidup tetap terjaga. Daya dukung bumi harus dijaga, bila daya dukung bumi semakin lemah maka lingkungan terancam hilang. Bila lingkungan hi­lang maka manusia juga akan musnah.

Manusia boleh mengelola alam lingkungan pada batas-batas tertentu karena alam bagian dari bumi memiliki daya dukung. Persoalannya daya dukung bumi harus di­pertahankan. Bila daya du­kung bumi tidak mampu me­nahan kerusakan lingkungan maka di bumi akan terjadi ben­cana alam. Manusia seba­gai pengelola alam memiliki tanggungjawab memper­ta­hankan daya dukung alam itu.

Menurut Global Footprint Network - sebuah think tank internasional dengan lebih dari 90 organisasi mitra - menghitung seberapa banyak sumber daya alam yang telah dieksploitasi manusia, de­ngan harapan manusia bisa lebih berhati-hati menjaga­nya, mengingat kondisi bumi sudah ‘lampu merah’.

Artinya, manusia harus bertanggungjawab sebab ma­nusia pemimpin di permu­ka­an bumi ini. Berdasarkan da­ta yang dilansir saat ini ma­nusia mengonsumsi sumber daya rata-rata setara dengan 1,6 planet bumi.

Kondisi ini menggambar­kan bahwa dibutuhkan 1,6 kali luas bumi yang ada untuk menopang kehidupan manu­sia. Gambaran ini menanda­kan daya dukung bumi ham­pir habis. Artinya, kondisi saat ini alam lingkungan ter­ancam hancur sebab ma­nu­sia telah menggunakan sum­ber daya alam lebih banyak dari yang seharusnya.

Pemakaian lingkungan oleh manusia pada setiap wilayah di bumi ini berbeda-beda, tidak sama untuk setiap wilayah. Manusia yang ber­ada di wilayah negara Ame­rika, ternyata memakai ling­kungan hidup satu setengah kali lebih banyak daripada masyarakat Jerman.

Berdasarkan kajian ilmiah setiap manusia di bumi ini membutuhkan 1,8 hektar la­han untuk hidup. Lahan un­tuk hidup itu dihitung seperti lahan untuk makan, untuk transpor, untuk energi dan lain sebagainya. Tidak sama pula setiap manusia mem­butuhkan lahan untuk hidup. Berbagai alasan kebutuhan manusia membutuhkan ling­kungan maka kawasan baru tumbuh di mana-mana.

Bila hal ini terjadi maka pa­da saat bersamaan bumi akan kehilangan lahan untuk tanaman, pertanian dan hu­tan. Hilangnya hutan dan se­dikitnya lahan pertanian mem­buat erosi dan degradasi pada tanah atau lingkungan.

Setiap manusia tidak sama berinteraksi dengan ling­kung­an. Misalnya, masyara­kat Uni Eropa umumnya menggunakan lahan pertani­an rata-rata 0,31 hektar. Pa­da hal berdasarkan kajian ilmi­ah untuk lahan kebu­tuh­an manusia seharusnya didis­tribusikan sesuai dengan da­ya dukung bumi. Secara ka­ji­an ilmiah maka semua orang yang hidup di bumi ini memiliki hak 0,2 hektar per orang.

Daya dukung bumi untuk manusia bisa dihitung. Mi­sal­nya hutan alam yang me­nyediakan kayu harus sesuai dengan daya dukung. Bila tidak akan menimbulkan ero­si tanah. Pada tingkat lanjut bisa menyebabkan banjir bandang sebab daya dukung bumi dengan bagiannya ling­kungan hutan tidak mampu lagi menyimpan air.

Sementara air sangat dibu­tuhkan untuk siklus iklim, ter­masuk sebagai penyerap CO2. Namun, jutaan hektar hutan hilang setiap tahun. Ter­jadi emisi CO2 yang meng­asamkan lautan dan mengakibatkan kondisi hidup lebih sulit bagi makhluk laut. Tidak heran populasi ikan sebagai hasil laut berkurang, manusia akan kekurangan bahan pangan dari ikan.

Daya dukung bumi untuk bagian hutan berkurang, ma­ka manusia akan menderita ke­kurangan pasokan air ber­sih. Badan dunia, Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) mem­perkirakan pada tahun 2030 masyarakat dunia akan keku­rangan cadangan air tanah.

Terjadi pencemaran air su­­ngai, air danau dan air laut akibat daya dukung bumi pa­da bagian hutan berkurang. Begitu juga dengan bagian dari daya dukung bumi lain­nya. Waspadalah, sebab ben­cana alam yang terjadi tidak terjadi begitu saja akan tetapi akibat dari ulah manusia yang tidak menjaga kelestari­an lingkungan hidup.

(Penulis alumni Fakultas Psikologi UMA dan pemer­ha­ti masalah psikologi ling­kungan hidup masyarakat) | Harian Analisa