Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mulai melanda seiring datangnya musim kemarau. Hingga Minggu (7/8), ada 232 hotspot yang terdeteksi. ...
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mulai melanda seiring datangnya musim kemarau. Hingga Minggu (7/8), ada 232 hotspot yang terdeteksi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan musim kemarau tiba di kisaran bulan Mei-Juni.
PortalHijau - Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dari 232 hotspot, ada 159 hotspot berpotensi terbakar dan 73 hotspot sedang terbakar.
Jumlah 232 hotspot ini lebih sedikit dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 lalu. Selama 1-7 Agustus 2015 jumlah hotspot di Indonesia mencapai 14.451 titik. "Namun pada periode 1-7 Agustus 2016 hanya ada 491 titik," kata Sutopo.
Turunnya jumlah hotspot saat ini, salah satu sebabnya karena faktor cuaca. Adanya anomali cuaca dan pengaruh La Nina
menyebabkan hujan banyak terjadi di wilayah Indonesia pada saat musim
kemarau. Kondisi ini membuat lahan tetap basah sehingga sulit terbakar.
Sebaliknya pada tahun 2015 terjadi El Nino hebat sehingga curah hujan menurun dan cuaca sangat kering serta mudah terbakar.
Sejak
awal tahun ini hingga Sabtu (6/8) di Riau tercatat 1.555 hektare hutan
dan lahan hangus. Menurut Staf Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran
Hutan dan Lahan Riau, Lettu Sheriff Yanuardi, seperti dikutip dari okezone, data ini merupakan data gabungan dari Satuan Tugas Udara dan Darat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Riau.
Menurut Sutopo, pembukaan lahan dengan cara dibakar masih ditemukan di Pangkalan Kapas, Kampar, Riau.
Salah satu tersangka pembakar lahan, Zailani (25) mengaku sengaja
membakar kebunnya Kamis (4/8) malam untuk membersihkan sampah dedaunan
dan rumput. Petani di Kecamatan Pedamaran, Ogan Komering Ilir (OKI) ini
bahkan mengabadikan aksinya lewat kamera ponsel miliknya sendiri.
Menurut
Komandan Distrik Militer 0402/OKI Letkol Kav Dwi Irbaya, pelaku
ditangkap lalu dibawa ke Markas Kodim untuk diperiksa lebih lanjut dan
diserahkan ke kepolisian. "Saya minta maaf pak, sengaja saya lakukan
malam hari, biar mudah padam karena ada embun," ucap Zailani seperti
dikutip dari Okezone.
Tren
pembakaran lahan ini melonjak drastis di awal Juli. Menurut Data
satelit badan kelautan dan atmosfer Amerika Serikat (NOAA) menunjukkan
ada dua hotspot di Sumatera pada Rabu (29/6). Dua hari kemudian hotspot telah mencapai 27 buah, 15 di antaranya berada di Riau.
Menurut pantauan BMKG, Riau adalah salah satu daerah yang paling rawan kebakaran.
BNPB memperkirakan ancaman kebakaran masih akan muncul hingga Oktober mendatang. BNPB telah menambah satu helikopter water bombing di Riau. Sehingga di Riau terdapat tiga heli water bombing dan satu pesawat untuk hujan buatan. Di Sumatera Selatan juga diguyurkan hujan buatan dari dua heli water bombing.
Penulis: Muhammad Nur Rochi