Inovasi bernuansa edukasi lingkungan terus bermunculan. Peneliti di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP), Ketindan Kecamatan Lawang Kab...
Inovasi bernuansa edukasi lingkungan terus bermunculan. Peneliti di
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP), Ketindan Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang menciptakan sabun yang ramah lingkungan. Sabun badan
dan wajah itu tak menggunakan detergen sebagai bahan membersihkan
kotoran pada kulit, melainkan menggunakan minyak kelapa. Kandungan
minyak kelapa mampu terurai melalui proses alam dan tak mencemari
lingkungan.
PortalHijau - “Sabun ini ramah pada lingkungan dan kulit. Kotoran tubuh
itu juga minyak, kotoran ini akan larut pula dengan larutan minyak
organik,” kata Saptini Mukti Rahajeng, widyaiswara di BBPP Ketindan,
akhir pekan lalu.
Sabun herbal ciptaannya itu menggunakan bahan
utama dari sari minyak kelapa sebagai pengganti detergen atau Sodium
Lauryl Sulfat (SLS) yang digunakan pada sabun lain. “Biasanya sabun
mandi yang keluar busa atau detergen itu pakai SLS ini. SLS sulit
terurai secara alami di air, pada kulit detergen membuat kering.
Ciri-ciri sabun yang pakai SLS ini biasanya membekas seperti kerak
berwarna putih pada kulit jika tak bersih dibilas, dan kering pada kulit
setelah digunakan,” ucapnya.
Sabun herbal temuannya kemudian
dicampur dengan berbagai sari bahan alami lain seperti kopi, sirih merah
juga mawar plus bawang putih dan lengkuas. Masing-masing sabun punya
manfaat berbeda, selain melembabkan dan membersihkan kotoran pada kulit.
Misalnya sabun dengan campuran kopi disebut bermanfaat untuk mengurangi
selulit dan kotoran yang membandel pada tubuh. Sirih merah mengandung
antiseptik dan baik untuk organ kewanitaan, sedangkan sabun mawar plus
baik untuk mengatasi iritasi, biang keringat dan jamur.
Untuk
memudahkan proses pembuatan sabun herbal, peneliti yang kerap disapa
Ajeng itu sengaja menggunakan berbagai peralatan sederhana dalam membuat
sabunnya. Siapapun bisa membuat sabun herbal dengan bahan alam
menggunakan panci anti korotif dan cetakan yang ramah untuk dikonsumi
atau food grade dan bisa ditemukan di pasaran umum.
“Minyak
tumbuhan tidak disuling tetapi diambil sarinya saja, jadi lebih mudah
dibuat oleh siapapun. Sabun tetap bening karena menggunakan campuran
alkohol 70 persen, ini juga mudah didapat di pasaran,” katanya.
Menurutnya semua resep, takaran dan campuran dari sabun herbal buatannya telah melalui penelitian detail di BBPP.
Hingga
saat ini, resep sabun herbal temuanya banyak diduplikasi oleh ibu-ibu
binaan BBPP. Sabun dicetak bulat setebal 2 cm dengan diameter sekitar 3
cm dijual terbatas di lingkungan BBPP dan petani binaan saja. Sabun tak
bisa diproduksi secara bebas dan banyak karena terhalang izin dari Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan. (int/rio)