Sebanyak 36 area pohon seluas 36 lapangan sepak bola rusak setiap menitnya di seluruh hutan di dunia. Lalu apa yang harus dilakukan manus...
Sebanyak 36 area pohon seluas 36 lapangan sepak bola rusak setiap
menitnya di seluruh hutan di dunia. Lalu apa yang harus dilakukan
manusia terhadap pohon-pohon yang memberi udara untuk dihirup? Haruskah
manusia diam pada deforestasi dan degradasi hutan yang menjadi suatu
ancaman bagi kualitas udara dan berkontribusi hingga 15 persen dari
emisi gas rumah kaca global?
PortalHijau - Ketua Alumni Bimbingan Belajar Pasca
Ujian Nasional (BPUN) 2016 Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Way
Kanan, Riky Ryan Saputra selaku koordinator gerakan, di Blambangan Umpu,
Ahad (26/6), menerangkan, "Sedekah Oksigen" merupakan gerakan menanam
pohon 50 buah di setiap pesantren, targetnya 14 pesantren di 14
kecamatan di Way Kanan.
"Perubahan iklim meningkatkan kemungkinan
terjadinya cuaca ekstrem. Contoh peristiwa cuaca ekstrem telah memakan
ribuan nyawa, dari gelombang panas yang mematikan di India dan Pakistan
hingga banjir parah di Malawi, Mozambik, dan Madagaskar. Melindungi
hutan dari deforestasi dapat membantu membatasi dampak dan tingkat
keparahan bencana alam. Menyelematkan pohon berarti menyelamatkan
nyawa," kata Riky.
Ia melanjutkan, pohon membantu mengatur
perubahan iklim. Mereka berperan melakukan isolasi untuk planet ini dan
membantu untuk menjaga suhu bumi agar senantiasa konsisten. Hutan tropis
adalah penyerap karbon terbesar di bumi. Setiap tahunnya, hutan tropis
menyimpan sekitar 2.8 miliar ton karbon—setara dengan dua kali emisi CO2
dari Amerika Serikat.
"Ketika pohon habis, tidak hanya CO2 yang
terlepas ke atmosfer, namun hanya ada sedikit pohon yang menyerap gas
rumah kaca," ujar dia lagi.
Selain bertujuan untuk mendorong
kemandirian pesantren, penanaman pohon melalui gerakan "Sedekah Oksigen"
juga diperlukan. Manusia membutuhkan pohon untuk bernafas.
"Pohon
juga merupakan komponen yang sangat penting dalam siklus air. 75 persen
air dunia berasal dari hutan, yang melembabkan udara melalui suatu
proses yang dikenal dengan evapotranspirasi," paparnya.
Dengan
demikian, imbuhnya, manusia dan hewan memiliki ketergantungan pada
hutan, pada pohon, kehidupan sehari-hari mahkluk hidup harus ditopang
dengan keberadaan pohon.
"Untuk menyatakan perlawanan terhadap
perubahan iklim, kita harus menjaga hutan, menjaga keberadaan pohon guna
memastikan kemungkinan masa depan yang cerah, manusia dan seluruh
organisasi harus bersama-sama mengambil tindakan melawan perubahan
iklim," paparnya.
"Sedekah Oksigen" diinisiasi Gusdurian Lampung,
didukung Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) atau
Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia Wilayah Lampung.
"Sedekah
Oksigen" berupa satu pohon buah seperti alpukat mentega, mangga
Thailand, nangka dak (persilangan nangka dan cempedak), dan kelengkeng
aroma durian senilai Rp50 ribu. Diambil dari pembudidaya teruji di
Pekalongan, Kota Metro. Bagi yang berminat "Sedekah Oksigen" bisa
menghubungi nomor 081540890056, 085367282712, atau 082279005826. Sedekah
bisa disalurkan ke rekening BRI: 035701112732504 a.n Disisi Saidi
Fatah. (Anisa Yuliani/Mahbib)