Indonesia adalah harapan penyelamatan dunia dari perubahan iklim. Bersama dengan Brazil dan Kongo, Indonesia memiliki hutan hujan tropis ...
Indonesia adalah harapan penyelamatan dunia dari perubahan iklim. Bersama dengan Brazil
dan Kongo, Indonesia memiliki hutan hujan tropis terbesar di dunia
dengan keanekaragaman hayatinya dan menyimpan banyak karbon. Kalau hutan
hujan tropis ditebang maka kerugian karbonnya lebih tinggi. Boleh
dibilang nyawa di planet ini berada di hutan hujan tropis yang ada di
Brazil, Kongo dan Indonesia. Namun hanya Indonesia dari tiga negara tersebut yang memiliki kestabilan politik.
PortalHijau - Demikian diungkapkan Wimar Witoelar dengan semangat pada Seminar Digital Diplomacy yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia bekerja sama dengan Center for Strategic and International Studies (CSIS) di gedung kantor CSIS, Jakarta, pada 31 Maret 2016.
Bersama Chairperson The Body Shop Indonesia Suzy Hoetomo dan artis Maudy Koesnaedy,
Chairman Intermatrix Communications Wimar Witoelar yang juga pendiri
Yayasan Perspektif Baru menjadi pembicara sesi “Corporate Commitment to
Clean Energy” sebagai pembekalan kepada 9 diplomat senior dalam program
Sekolah Staf dan Pimpinan Kemlu ke-54.
“Di konferensi Paris,
Obama dan Jokowi bicara mengenai satu tema dan memotori perjanjian yang
kita kenal sebagai Paris Agreement sebagai akibat pembicaraan di Gedung
Putih. Jadi Indonesia tercatat sebagai pengambil inisiatif dalam Paris
Agreement,” ujar Wimar mengungkapkan peran penting Indonesia dalam
penanggulangan perubahan iklim global.
Selain kepemimpinan
Indonesia. Dunia juga melihat tren positif dukungan aktor-aktor dunia
bisnis dalam melawan perubahan iklim. Corporate responsibility atau
corporate commitment menguat seputar Conference of Parties ke 21 (COP
21) di Paris, Perancis tahun lalu.
Pihak-pihak yang sudah lama
berkomitmen atau yang baru pada waktu mendekati COP 21 di-challenge
menentukan sikap.
“Business always is a great equalizer atau
catalyzer untuk diskursus publik. Baguslah kalau Paris Agreement
diminati banyak perusahaan,” kata Wimar.
Wimar mengaku senang the Rockefeller
Brothers Fund belum lama ini menjual saham ExxonMobil mereka. Dahulu
pendirinya John D. Rockefeller menjadi orang terkaya di dunia dengan
keuntungan ExxonMobil. Penjualan saham dilakukan karena ExxonMobil tidak
punya komitmen terhadap energi bersih dan mengotori udara dengan energi
konvensional.
Langkah ini disusul dengan tindakan serupa oleh
495 perusahaan dengan jumlah divestasi mencapai 3,4 triliun dollar. Di
Paris tahun lalu, memang tidak banyak dari perusahaan yang datang ke COP
21 tapi mereka banyak membuat aliansi-aliansi untuk diajukan ke dalam
Paris Agreement. Dan memang tuntutan-tuntutannya melawan perubahan iklim
masuk di dalam Paris Agreement yang beberapa minggu lagi akan disahkan
di New York.
Ada banyak sekali perusahaan-perusahaan
yang menyatakan melawan perubahan iklim. Dunia bisnis secara umum
sepakat melawan perubahan iklim dan berkomitmen mendukung penggunaan
energi bersih. Namun yang jadi pertanyaan adalah apakah mereka
benar-benar tulus. Karena bagaimanapun juga perusahaan-perusahaan besar
harus menjaga keuntungan pemegang sahamnya dan harus realistis.
Pada
dasarnya, perusahaan-perusahaan juga akan menimbang untung-rugi dari
pilihan sikap berkomitmen melawan perubahan iklim dan mendukung energi
bersih. Selain alasan altruistik, motivasi para pelaku bisnis ialah
menjaga diri dari kemungkinan perubahan-perubahan kebijakan politik
(regulatory changes), paparan resiko-resiko finansial dan operasional
(exposure to financial and operational risks), dan keuntungan reputasi
dan perekrutan SDM ketika pelaku bisnis dinilai pro lingkungan (branding
and talent attraction that comes with being seen as green).
Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan
tersebut, pelaku-pelaku dunia bisnis bisa saja mudah berbalik
meninggalkan perlawanan perubahan iklim jika situasi dan kondisi
politiknya lebih menguntungkan jika tidak anti perubahan iklim. Di
Amerika Serikat, situasi politik pemilihan umumnya bisa berkembang ke
arah tersebut jika tokoh sayap kanan seperti Donald Trump yang tidak
peduli perubahan iklim menjadi presiden.
Untuk mencegah hilangnya dukungan dunia
bisnis terhadap energi bersih dan perlawanan perubahan iklim, tekanan
politik pro lingkungan yang terus-menerus perlu dijaga. Ini berarti
harus adanya sosialisasi yang berkelanjutan mengenai perubahan iklim
sehingga masyarakat sadar dan terus menuntut semua pihak melawan
perubahan iklim.
“Final word, I would say we are very happy with the trends that global businesses are
committed to clean energy. We hope the commitment will extent trough changes,” ujar
Wimar menutup pemaparannya.
Oleh: Mahisa Dwi Prastowo