Portal Opini - Ruang merupakan wadah bagi berbagai aktivitas yang dikembangkan oleh manusia untuk mendukung fungsi kehidupan. Kegiatan ...
Portal Opini - Ruang merupakan wadah bagi berbagai
aktivitas yang dikembangkan oleh manusia untuk mendukung fungsi
kehidupan. Kegiatan yang berlangsung pada saat ruang dapat menimbulkan
dampak tertentu terhadap kegiatan lainya. Ruang juga memiliki potensi
untuk menimbukan ketidak paduan antar sektor. Wilayah pesisir merupakan
potensi sumber daya di Indonesia yang merupakan suatu wilayah peralihan
antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar didukung oleh
adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km (Dahuri et al.2001).
Sumber
daya pesisir berperan penting dalam mendukung ekonomi daerah dan
nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan
pendapatan penduduk. Sumber daya pesisir tersebut mempunyai keunggulan
komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beranekaragam
serta dapat dimanfaatkan dengan biaya eksploitasi yang relatif murah,
sehingga mampu menciptakan penawaran yang kompotitif. Disisi lain
kebutuhan pasar masih terbuka sangat besar karena kecenderungan
permintaan pasar global yang terus meningkat. (Sumber Daya Wilayah Pesisir; Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005)
Seiring
dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial ekonominya, manusia
memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagi kepentingan seperti tempat
mencari nafkah, permukiman, kawasan industri, pelabuhan, maupun sebagai
tempat rekreasi. Konsekuensi dari pesatnya pembangunan pesisir antara
lain: adalah masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial ekonomi dan
gangguan terhadap lingkungan. (Sumber Daya Wilayah Pesisir; Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005)
Desa
pesisir dalam pemanfaatan lahannya berpotensi besar untuk meningkatkan
perekonomian seperti kawasan perikanan, wisata, industri, dll.
Pemanfaatan guna lahan yang kurang baik dapat menimbulkan resiko
kerusakan lingkungan, seperti adanya rob/pasang dan abrasi. Hal tersebut
dapat mengganggu aktivitas masyarakat seperti mengganggu panen hasil
tambak, merusak ekosistem laut, dan banjir. Oleh karena itu, diperlukan
pembatas dan penghalang dari resiko tersebut sehingga tidak berimbas ke
kehidupan masyarakat di daratan.
Dalam
suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan
(ekosistem) dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat
alami ataupun buatan (man – made). Ekosistem alami terdapat diwilayah pesisir antara lain : terumbu karang (coral reets), hutan mangroves, padang lamun, pantai berpasir (sandy beach),
formasi pes – caprea, formasi barigtonia, estuary, laguna, dan delta.
Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, sawah pasang
surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan
kawasan pemukiman.
Sumberdaya di
wilayah pesisir terdiri dari sumberdaya alam yang dapat pulih dan
sumberdaya alam yang tidak dapat pulih, sumberdaya yang dapat pulih
meliputi : sumber daya perikanan (plankton, benthos, ikan, molusca,
crustacea, mamalia laut), rumput laut (seaweed), padang lamun, hutan
mangrove, dan terumbu karang. Sedangakan sumberdaya yang tidak dapat
pulih adalah : minyak dan gas, bijih besi, pasir, timah, bauksit, dan
mineral sertabahan tambang lainya. (Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyaraka, Direktorat Bina Pesisir).
Mengapa Ekosistem Pesisir Penting?
Ekosistem pesisir bagi kawasan desa pesisir dirasa penting karena :
- Dapat sebagai tempat tinggal terumbu karang, yang nantinya dapat melindungi masyarakat pesisir dari badai dan juga bencana tsunami.
- Mangrove memiliki nilai ekonomis dan mempunyai nilai strategis yang mampu mendukung industri utama seperti usaha perikanan dan pariwisata.
- Pantai dengan hutan bakau adalah kawasan pesisir yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan perlindungan pada perikehidupan pantai dan lautan. Melestarikan keberadaan hutan bakau mangrove sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembang biaknya pelindung pantai air laut serta pelindung usaha budidaya di belakangnya. Selain itu, juga dapat menghemat biaya pemulihan dan bantuan bencana internasional pasca bencana.
Apa Keterkaitanya dengan perkembangan wilayah?
Keterkaitannya
sangat banyak, karena lebih dari 42 daerah Kota dan 181 Kabupaten
Indonesia berada di pesisir. Apabila ditangani dengan dan pemanfaatan
tepat guna, maka pesisir pun mampu menunjang perekonomian daerah bahkan
nasional. Seperti menurut data 1989 pada BPS bahwa kontribusi pesisir
terhadap PDB sebesar 24%. Selain itu, adanya cadangan sumber daya masa
depan dikawasan pesisir, juga mampu menunjang perkembangan wilayah.
Agar
Mangrove dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis perlu dilakukan
beberapa tahap mulai dari analisis eksisting desa baik kondisi fisik
atau sosial, analisis fungsi mangrove, penentuan Neraca Sumber Daya
Mangrove yaitu dengan menentukan kesesuaian lahan yang mendukung untuk
tempat tumbuhnya mangrove, hingga penentuan nilai ekonomi/ jual dari
tanaman mangrove seperti pada bagan sebagai berikut:
Analisis eksisting desa pesisir
dilakukan dengan mengamati kondisi alam di sekitar pantai seperti
ketinggian, jenis tanah, iklim, dan guna lahan. Guna lahan daerah
pedesaan umumnya masih didominasi oleh penggunaan sektor prime yaitu
sawah dan tambak. Sedangkan untuk kawasan mangrove masih sangat kecil
presentasinya. Dilihat dari eksisting sosial budayanya, kawasan pesisir
umumnya banyak ditinggali oleh masyarakat dengan golongan pra sejahtera
hingga sejahtera dengan mata pencaharian sebagai nelayan. Dari hasil
pengamatan eksisting, diketahui bahwa rata – rata kawasan pesisir masih
kurang dikembangkan sehingga perlu adanya alternatif lainnya yang bisa
dikembangkan untuk peningkatkan pendapatan desa seperti pemanfaatan
hutan mangrove yang cenderung tidak dihiraukan dan tumbuh begitu saja.
Untuk menentukan nilai dan biaya dari hasil pemanfaatan hutan mangrove, dapat dihitung dengan beberapa metode berikut:
Perhitungan NSDA Mangrove
Metode
ini dilakukan untuk menghitung potensi sumber daya mangrove yang bisa
didapatkan dari pemanfaatan optimal seluruh luas lahan mangrove. Dari
perhitungan ini dapat diketahui potensi profit yang bisa didapatkan jika
pemanfaatan hutan mangrove dilakukan optimal.
Hutan Mangrove sebagai Produsen Kayu
Metode ini digunakan untuk menghitung keuntungan yang didapat dari pemanfaatan produksi kayu mangrove.
Hutan Mangrove sebagai Pelindung Abrasi
Perhitungan
ini dilakukan untuk menentukan nilai mangrove sebagai pelindung dari
abrasi. Apakah akan mampu menahan resiko abrasi dan rob/air pasang atau
tidak tergantung pada pemanfaatan mangrove itu sendiri.
Sebagai contoh perhitungan, sebuah desa pesisir dengan luas 5601 ha
dengan luas pesisir 1507 ha dan luas hutan mangrove eksisting 569 ha.
Potensi Lahan Pesisir (ha): 1507
Sumber Daya Lahan Hutan Mangrove Eksisting (ha): 569
Cadangan Fisik Sumber Daya Hutan Mangrove (ha): 983
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa
masih terdapat cadangan sumber daya hutan mangrove yang berasal dari
luas lahannya. Sehingga sumber daya hutan mangrove masih dapat
dioptimalkan untuk nilai ekonomi maupun ekologis.
Dari
segi ekonomis, perhitungannya dapat dilakukan berdasarkan rumus diatas.
Jika dari luas eksisting hutan mangrove yaitu 569 ha, ditemukan Hutan
Mangrove utuh seluas 258 ha atau 45,34% dan 311 ha atau 54,65% yang
tidak utuh. Dengan produksi tahun 2014 sebanyak 21 kayu/hektar. Maka,
nilai ekonomis kayu mangrove sebagai berikut:
Hutan Mangrove Utuh (45,34%) - 258 x 31 = 5418
Hutan Mangrove Tidak Utuh (54,65%) - 311 x 21 x 0,25 = 1632,75
Jumlah Keseluruhan = 7050,75
Standar Nilai jual kayu sebesar Rp. 81.600/m3.
Nilai total kayu mangrove untuk lahan eksisting diperkirakan sebesar
7.050,75 x 81.600 = Rp. 575.341.200. Dari perhitungan tersebut didapat
potensi sumber daya moneter Mangrove adalah Rp. 2.582.395.200. Yang
artinya desa tersebut memiliki cadangan potensi produksi Hutan Mangrove
sebesar Rp. 2.007.054.000. Dengan jumlah cadangan yang cukup besar,
pemanfaatan potensi lahan pesisir masih dapat ditingkatkan untuk
pengoptimalan produksi Mangrove.
Apakah pentingnya Mangrove?
- Hutan mangrove dapat melindungi tambak perairan ikan dan ekosistem laut yang dikelola oleh masyarakat.
- Melindungi dari resiko bencana rob, abrasi, bahkan tsunami. Abrasi mengakibatkan banyak masalah seperti hilangnya lahan permukiman, tambak dan bahkan mata pencaharian utama penduduk tersebut yang nanti berimbas pada tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir.
- Warga atau para nelayan yang ada di kawasan pesisir, bisa mencicil kehidupannya atau menyokong kebutuhan hidupnya dengan membuat industri kecil gula dari kayu bakar mangrove.
- Selain bisa memproduksi kayu, mangrove juga menciptakan lapangan kerja untuk penambak udang dan kepiting.
- Mangrove memiliki perakaran kokoh sehingga dapat meredam gelombang dan menahan sedimen, yang artinya dapat bertindak sebagai pembentuk lahan (lahan cruiser).
- Batang mangrove dapat melindungi permukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut.
Strategi Pengelolaan
Strategi
pengelolaan desa pesisir setidaknya harus mampu mengakomodasi tiga hal
pokok yaitu mitigasi bencana, pengembangan perekonomian pesisir, dan
perlindungan ekosistem. Berikut beberapa rekomendasi strategi
pengelolaan hutan Mangrove :
- Hutan mangrove digunakan sebagai benteng alami untuk mengurangi dampak abrasi dan hal itu juga masih belum dapat optimal. Maka dapat direncanakan pembuatan Buffer Zone sebagai rencana penghalang bencana.
- Pohon Mangrove juga dapat diolah menjadi bahan produksi yang dapat dijual seperti bahan makanan, snack, minuman, atau kerajinan.
- Dilakukan pelatihan kepada masyarakat dalam pengolahan kayu Mangrove menjadi barang – barang bernilai jual tinggi sehingga masyarakat dapat menjamin perekonomiannya secara mandiri.
- Selain itu, hutan Mangrove dapat juga dikembangkan sebagai lokasi wisata, dengan menyediakan perahu / boot yang akan menarik biaya untuk tiap tarikannya.
Strategi
pengembangan dan pemanfaatan hutan Mangrove dapat berjalan optimal
seiring dengan adanya pengelolaan yang baik oleh masyarakat setempat dan
juga dukungan dari pemerintah daerah.
Opini - Debby Laksmita