HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Mengenal Lebih Dekat Konsep Pertanian Vertikal (A-Go-Gro) di Singapura

Pertanian Hijau - Dengan hanya memiliki luas 710 km persegi dan jumlah penduduk 5 juta tentu membuat Singapura menjadi salah satu kota ya...


Pertanian Hijau - Dengan hanya memiliki luas 710 km persegi dan jumlah penduduk 5 juta tentu membuat Singapura menjadi salah satu kota yang paling padat di dunia.

Sebagian besar tanah di Singapura dimanfaatkan untuk pembangunan kawasan komersil, sisanya yang hanya sekitar 250 hektar untuk lahan pertanian, tentu ini tidak cukup untuk menyuplai pangan penduduknya. Alhasil, hampir 90 suplai pangan Singapura diimport dari berbagai negara. Tentunya, ketergantungan pada dunia luar membuat Singapura akan sangat rentan terhadap turbulensi pasokan makanan dan harga.

Untuk mengatasi itu, salah satu solusinya yaitu dengan memaksimalkan penggunaan lahan untuk produksi pangan dengan cara mengembangkan model pertanian vertikal. Model pertanian vertikal ini berhasil diwujudkan oleh pengusaha Singapura bernama Jack Ng, melalui perusahaannya yaitu “Sky Green” dengan bantuan Agri Food dan Veterinary Authority (AVA), berhasil membangun pertanian vertikal terintegrasi dengan peternakan komersial.

Tekologi yang ia ciptakan itu ia namai “A-Go-Gro”, dengan mengembangkan tanaman sayuran di beberapa menara alumunium setinggi enam meter. Masing-masing menara terdiri dari 22-26 tingkatan rak tanam yang dapat berputar secara periodik dengan digerakkan oleh generator listrik untuk menjaga sirkulasi cahaya matahari, aliran udara dan pengairan.

Uniknya, secara otomatis air yang digunakan untuk irigasi akan didaur ulang dan disaring sebelum kembali lagi ke tanaman lagi, sedangkan semua sampah organik di pertanian ini dijadikan kompos dan dapat digunakan kembali.

Sistem perputaran (Air powering frame) air dibantu oleh gaya gravitasi dan hanya membutuhkan sedikit konsumsi listrik. Menurut Jack Ng, energi yang diperlukan untuk daya satu air powering frame adalah setara dengan energi yang dibutuhkan 60 watt bola lampu.

Seluruh sistem, masing-masing hanya membutuhkan lahan seluas 60 meter persegi. Teknologi ini mampu memberikan hasil panen yang tinggi walaupun hanya dengan sumber daya yang sedikit. Menurut Jack Ng, ia mampu menghasilkan 1 ton sayuran setiap hari, bahkan 5-10 kali lebih produktif dibandingkan pertanian biasa.

Beberapa sayuran tropis yang telah ia kembangkan dengan model pertanian vertikal ini diantaranya: petsai, bayam, selada, xia bai cai, bayam, kang kong, cai xin, gai lan, nai bai, dan lainnya.

Sampai sekarang Jack Ng sudah membangun 120 menara di kawasan Kranji, 14 kilometer dari pusat bisnis Singapura. Jack Ng berencana akan membangun sekitar 300 menara lagi dengan target produksi 2 ton sayuran per hari. Jack Ng juga berniat untuk menjual teknologi ini ke negara-negara lain dengan harga $ 10.000 untuk setiap menara. Tri Triyanto - Kabar Tani