Pertanian Hijau - Dengan hanya memiliki luas 710 km persegi dan jumlah penduduk 5 juta tentu membuat Singapura menjadi salah satu kota ya...
Pertanian Hijau - Dengan hanya memiliki luas 710 km persegi dan jumlah penduduk 5 juta
tentu membuat Singapura menjadi salah satu kota yang paling padat di
dunia.
Sebagian besar tanah di Singapura dimanfaatkan untuk pembangunan
kawasan komersil, sisanya yang hanya sekitar 250 hektar untuk lahan
pertanian, tentu ini tidak cukup untuk menyuplai pangan penduduknya.
Alhasil, hampir 90 suplai pangan Singapura diimport dari berbagai
negara. Tentunya, ketergantungan pada dunia luar membuat Singapura akan
sangat rentan terhadap turbulensi pasokan makanan dan harga.

Untuk mengatasi itu, salah satu solusinya yaitu dengan memaksimalkan
penggunaan lahan untuk produksi pangan dengan cara mengembangkan model
pertanian vertikal. Model pertanian vertikal ini berhasil diwujudkan
oleh pengusaha Singapura bernama Jack Ng, melalui perusahaannya yaitu
“Sky Green” dengan bantuan Agri Food dan Veterinary Authority (AVA),
berhasil membangun pertanian vertikal terintegrasi dengan peternakan
komersial.

Uniknya, secara otomatis air yang
digunakan untuk irigasi akan didaur ulang dan disaring sebelum kembali
lagi ke tanaman lagi, sedangkan semua sampah organik di pertanian ini
dijadikan kompos dan dapat digunakan kembali.
Sistem perputaran (Air powering frame)
air dibantu oleh gaya gravitasi dan hanya membutuhkan sedikit konsumsi
listrik. Menurut Jack Ng, energi yang diperlukan untuk daya satu air
powering frame adalah setara dengan energi yang dibutuhkan 60 watt bola
lampu.

Beberapa sayuran tropis yang telah ia kembangkan dengan model pertanian vertikal ini diantaranya: petsai, bayam, selada, xia bai cai, bayam, kang kong, cai xin, gai lan, nai bai, dan lainnya.
Sampai sekarang Jack Ng sudah membangun 120 menara di kawasan Kranji, 14
kilometer dari pusat bisnis Singapura. Jack Ng berencana akan membangun
sekitar 300 menara lagi dengan target produksi 2 ton sayuran per hari.
Jack Ng juga berniat untuk menjual teknologi ini ke negara-negara lain
dengan harga $ 10.000 untuk setiap menara. Tri Triyanto - Kabar Tani