PortalHijau - CEO Yayasan BOS, Dr Jamartin Sihite, Senin (11/4/2016) mengatakan sejak tahun 2012 lalu, sampai saat ini, pihaknya sudah ...
PortalHijau - CEO Yayasan BOS, Dr Jamartin Sihite, Senin (11/4/2016) mengatakan sejak
tahun 2012 lalu, sampai saat ini, pihaknya sudah melepasliarkan,
sebanyak 200 ekor orangutan yang merupakan korban kebakaran hutan di
Kalteng yang sempat kabur dari lokasi tempat tinggalnya.
Menurut dia, Dalam memperingati Hari Bumi Sedunia sekaligus memasuki
usai yang ke 25 tahun 2016 ini Yayasan BOS akan melepasliarkan 12
orangutan yang dimulai pada hari ini.
Dia mengatakan, masih banyak orangutan yang ada dalam pusat rehabilitasi
yayasan BOS diperkirakan, ada sekitar 500 individu.” Sejak September
2015 lalu, akibat peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang masif kami
menerima 25 orangutan baru. ” katanya.
Disebut dia, kali ini pihaknya, melepasliarkan 12 orangutan yang telah direhabilitasi selama lebih dari 7 tahun.
“Entah kapan 25 orangutan baru ini bisa kami lepasliarkan kelak, apalagi
dengan adanya kesulitan mencarikan hutan untuk pelepasliaran. Kami di
Yayasan BOS sangat mengharapkan dukungan komitmen pemerintah membantu
menyediakan areal perlindungan habitat orangutan yang layak, serta
penguatan berbagai upaya penegakan hukum atas pelanggaran perusakan
habitat,” katanya.
Melanjutkan kesuksesan pelepasliaran 155 orangutan Kalimantan Tengah di
Hutan Lindung Bukit Batikap (Batikap) sejak tahun 2012 lalu, sekaligus
memperingati Hari Bumi Internasional yang jatuh di tanggal 22 April.
Borneo Orangutan Survival Foundation (Yayasan BOS) dan BKSDA Kalimantan
Tengah kembali melepasliarkan 12 orangutan dari Nyaru Menteng sebagai
aksi nyata perwujudan cinta dan dedikasi Yayasan selama 25 tahun dalam
bidang pelestarian hutan dan spesies yang sangat berperan di dalamnya,
orangutan.
Kegiatan pelepasliaran orangutan harus berjalan sesuai target yang ditetapkan dalam Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017.
Kegiatan pelepasliaran orangutan harus berjalan sesuai target yang ditetapkan dalam Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017.
Rencana Aksi ini dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dalam Konferensi Perubahan Iklim di Bali tahun 2007 yang menyatakan
bahwa semua orangutan di pusat rehabilitasi harus dikembalikan ke
habitatnya paling lambat tahun dan telah disepakati oleh seluruh jajaran
pemerintah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.
Keberhasilan upaya konservasi orangutan dan habitatnya sangat tergantung
pada dukungan semua pihak, dalam hal ini termasuk pemerintah,
masyarakat, dan sektor swasta.
Oleh karena itu Yayasan BOS selalu bekerja sama dengan Pemerintah
Indonesia di semua tingkat, antara lain Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Kabupaten
Murungraya, dan BKSDA Kalimantan Tengah dalam rangka melestarikan
orangutan dan habitatnya.
Kegiatan pelepasliaran ini juga didukung oleh seluruh masyarakat
Murungraya, donor perseorangan, organisasi-organisasi mitra seperti Zoos
Victoria, U.S. Fish and Wildlife Service, UNEP-GRASP, the Born Free
Foundation dan organisasi konservasi di seluruh dunia yang peduli atas
usaha pelestarian orangutan di Indonesia.
Yayasan BOS juga sangat berterima kasih atas dukungan finansial dan
logistik dari sektor swasta seperti First State Investments Indonesia
dan P.T. Bumi Barito Mineral (Cokal Ltd.).
Yayasan BOS ingin mengajak kalangan pebisnis secara umum untuk memenuhi
tanggung jawab lingkungan mereka dan memastikan tercapainya upaya
konservasi dan pelestarian alam di Indonesia. Demikian, dikatakan,
Monterado Fridman (Agung) Koordinator Divisi Komunikasi dan Edukasi
Nyaru Menteng kepada BPost Online. Forum Hijau