PortalHijau.com | Amerika Serikat berjanji untuk mendukung semua program perubahan iklim yang dicanangkan Indonesia. Hal ini disampaikan...
PortalHijau.com | Amerika Serikat berjanji untuk mendukung semua program perubahan
iklim yang dicanangkan Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Duta Besar
Amerika Serikat untuk Indonesia Robert Blake dalam acara “Festival
Iklim”, yang disponsori oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Indonesia hari ini, Senin (1/2/2016).
Dalam kesempatan yang sama, Dubes AS juga mengumumkan dua proyek baru
yang ditujukan untuk memperkuat kinerja Badan Restorasi Lahan Gambut
yang baru saja dibentuk. Kedua proyek tersebut didanai Compact,
Millennium Challenge Corporation dan pemerintah Indonesia sendiri.
Diharapkan, kerjasama ini akan membantu merestorasi dan melindungi
area lahan gambut di Indonesia, yang akhir-akhir ini rentan kebakaran,
dan ketika terbakar menjadi kontributor besar emisi gas rumah kaca.
Inisiatif pertama adalah Proyek Taman Nasional Berbak di Jambi yang
akan menjadi kawasan pelestarian hutan rawa terbesar di kawasan Asia
Tenggara. Untuk proyek ini, Paman Sam memastikan akan memberi kucuran
dana segar senilai USD17 juta atau Rp232,8 miliar. Dana tersebut
ditenggarai akan sangat membantu restorasi hidrologi hutan rawa gambut
di lahan seluas 142.750 hektarare tersebut.
“Restorasi sistem ini pada akhirnya akan membantu mengurangi
prevalensi kebakaran gambut di daerah tersebut. Proyek Berbak ini juga
akan menyediakan pelatihan untuk meningkatkan produksi pertanian
setempat serta memfasilitasi sertifikasi petani kelapa sawit kecil dan
sistem energi terbarukan dari limbah pabrik kelapa sawit berbasis
masyarakat,” demikian keterangan resmi dari pihak Kedutaan Besar AS yang
diterima Okezone, Senin (1/2/2016).
Inisiatif kedua adalah kesepakatan senilai USD13 juta atau Rp178
miliar dengan tiga pabrik kelapa sawit di Provinsi Riau untuk pembangkit
tenaga biogas yang menggunakan Limbah Pabrik Kelapa Sawit dan membantu
petani swadaya kecil di tiap basis pasokan pabrik guna mendapatkan
sertifikasi RSPO.
Dari program ini, diharapkan dapat menghasilkan tiga megawatt energi
terbarukan dari biogas, yang setara dengan pasokan listrik untuk 9.000
rumah di pedesaan, menangkap 117 ribu ton karbon dioksida per tahunnya
atau setara dengan emisi dari 785 juta kilometer perjalanan per tahun,
dan untuk meningkatkan produktivitas serta tata kelola manajemen 2.000
petani swadaya kecil.
Selain proyek-proyek tersebut, Pemerintahan Barrack Obama,
melalui Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID),
baru-baru ini meluncurkan proyek baru untuk mengatasi perubahan iklim
dan mendukung upaya Indonesia untuk mengurangi emisi sebanyak 29 persen
pada 2030.
USAID akan bermitra dengan pemerintah Indonesia untuk membantu melindungi dan mengelola secara berkesinambungan 8,4 juta hektar hutan dan lahan gambut yang dapat berperan sebagai penyerap karbon. Selain itu, USAID akan membantu menghapus 4,5 ton emisi gas rumah kaca dan memanfaatkan USD 800 juta atau Rp10,9 miliar yang berasal dari investasi sektor swasta dalam energi bersih untuk lima juta warga negara.
USAID juga akan membantu melindungi masyarakat setempat dari efek perubahan iklim dan cuaca yang lebih ekstrem, dengan membantu pemerintah nasional dan provinsi mengimplementasikan strategi-strategi untuk adaptasi terhadap perubahan iklim secara efektif.
Sebelumnya, pada 2015, USAID juga telah berinvestasi lebih dari USD38 juta untuk prakarsa lingkungan.
“Untuk ke depannya, kami berencana untuk berinvestasi sebesar USD47 juta untuk konservasi hutan dan perencanaan penggunaan lahan, USD24 juta untuk kebijakan penggunaan lahan dan advokasi konservasi, USD19 juta masing-masing untuk adaptasi terhadap perubahan iklim dan energi bersih, serta USD5 juta untuk penelitian hutan,” terang Blake.
Menurutnya, program-program ini adalah cerminan komitmen AS untuk bermitra dengan Indonesia guna melawan penyebab perubahan iklim serta membantu Indonesia mencapai sasarannya untuk mengurangi emisi di masa depan. Silvia dharma
USAID akan bermitra dengan pemerintah Indonesia untuk membantu melindungi dan mengelola secara berkesinambungan 8,4 juta hektar hutan dan lahan gambut yang dapat berperan sebagai penyerap karbon. Selain itu, USAID akan membantu menghapus 4,5 ton emisi gas rumah kaca dan memanfaatkan USD 800 juta atau Rp10,9 miliar yang berasal dari investasi sektor swasta dalam energi bersih untuk lima juta warga negara.
USAID juga akan membantu melindungi masyarakat setempat dari efek perubahan iklim dan cuaca yang lebih ekstrem, dengan membantu pemerintah nasional dan provinsi mengimplementasikan strategi-strategi untuk adaptasi terhadap perubahan iklim secara efektif.
Sebelumnya, pada 2015, USAID juga telah berinvestasi lebih dari USD38 juta untuk prakarsa lingkungan.
“Untuk ke depannya, kami berencana untuk berinvestasi sebesar USD47 juta untuk konservasi hutan dan perencanaan penggunaan lahan, USD24 juta untuk kebijakan penggunaan lahan dan advokasi konservasi, USD19 juta masing-masing untuk adaptasi terhadap perubahan iklim dan energi bersih, serta USD5 juta untuk penelitian hutan,” terang Blake.
Menurutnya, program-program ini adalah cerminan komitmen AS untuk bermitra dengan Indonesia guna melawan penyebab perubahan iklim serta membantu Indonesia mencapai sasarannya untuk mengurangi emisi di masa depan. Silvia dharma