PortalHijau.Com - Fenomena perubahan iklim yang memicu kenaikan muka air laut, ribuan pulau terancam tenggelam. "Menurut para ...
PortalHijau.Com - Fenomena perubahan iklim yang memicu kenaikan muka air laut, ribuan pulau terancam tenggelam.
"Menurut para ahli, pada 2050 akan ada kenaikan permukaan air laut
setinggi 90 CM sehingga bisa menenggelamkan 2.000 pulau kecil di
Indonesia," kata staf ahli bidang kebijakan publik Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Achmad Poernomo pada peluncuran minat studi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
itu di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
(UGM), Yogyakarta kemarin.
Poernomo mengatakan, apabila kondisi tersebut terjadi, maka akan
ada 2.000 pulau yang tenggelam dan 42 juta rumah di pinggir pantai akan
hilang.
"Kenaikan muka air laut merupakan salah satu risiko bencana yang timbul
dari dampak perubahan iklim," kata Pernomo seperti dikutip dari kantor
berita Antara.
Menurut dia, dampak lain yang ditimbulkan perubahan iklim adalah
adanya ketidakpastian musim dalam kegiatan penangkapan ikan serta
perubahan migrasi ikan dan jumlah ikan yang terdampar semakin banyak.
Bencana dari dampak perubahan iklim itu, kata dia, perlu
ditanggulangi dan diantisipasi oleh pemerintah dan masyarakat dengan
mendukung program pembangunan secara berkelanjutan.
"Menteri Kelautan dan Perikanan sudah menulis surat memohon kepada
seluruh kepala daerah untuk mengelola sumber daya secara berkelanjutan,"
katanya.
Ketua Magister Manajemen Bencana UGM Sudibyakto mengatakan, hampir
85 persen bencana di Indonesia sangat terkait dengan fenomena perubahan
iklim.
Meskipun memiliki tingkat risiko bencana yang sangat tinggi, kata
dia, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang penanggulangan
bencana masih sangat terbatas.
"Jumlah SDM dalam bidang penanggulangan bencana tidak sebanding dengan risiko bencananya," kata Sudibyakto.
Menurut dia, guna mengatasi adanya ketimpangan antara ancaman
bencana dan ketersediaan SDM bidang menajemen bencana itu, Indonesia
diperkirakan dalam kurun waktu 15 tahun ke depan membutuhkan SDM
manajemen bencana sebanyak 1.500 sarjana, 250 magister, dan 50 doktor.
Selain SDM, kata dia, komitmen pemerintah daerah dalam
mengalokasikan dana untuk program penanggulangan bencana masih sangat
terbatas bahkan belum masuk skala prioritas.
"Kondisi itu menyebabkan program dan kegiatan pengurangan risiko
bencana di daerah tidak dapat terencana dan terlaksana dengan baik,"
katanya.(Ant)