PortalHijau.Com - Saat ini, kawasan pesisir pantai Kota Kupang tengah terancam. Selainpembuangan sampah dan limbah beracun, kawasan pes...
PortalHijau.Com - Saat ini, kawasan pesisir pantai Kota Kupang tengah 
terancam. Selainpembuangan sampah dan limbah beracun, kawasan pesisir 
juga sudah banyak digusur untuk pembangunan berbagai fasilitas hotel dan
 restoran. Untuk itu, Walhi NTT mengajak seluruh warga kota turun tangan menyelamatkan pantai.
“Apabila kita tidak turun tangan, maka seluruh kawasan pesisir pantai 
Kota Kupang akan habis digusur dan dijual demi kepentingan para pemilik 
modal. Cepat atau lambat, warga kota akan tergusur dan kehilangan ruang 
hidup, termasuk para nelayan yang mengtungkan hidup di laut,”tegas 
Manejer Kampanye Isu Pesisir dan Kelautan, Walhi NTT, Yustinus Dharma, 
Sabtu (21/11/15) saat bersama mahasiswa dan warga melakukan pembersihan 
sampah dan tanam bakau di Pantai Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima dalam 
memperingati Hari Ikan Nasional ke -2. 
Dikatakan Tinus, di tengah situasi krisis ekonomi dan ekologi yang 
berada pada posisi genting, perlu ada gerakan bersama dalam 
menyelamatkan lingkungan hidup.
Menyelamatkan ekosistem kawasan pesisir 
bukan hanya menjadi tanggung lembaga LSM yang bergerak di isu 
lingkungan, namun menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen 
masyarakat. Dampak yang sering dirasakan dari situasi krisis ekonomi dan
 ekologi yaitu rakyat nelayan akan merasakan menurunnya populasi ikan 
karena dicemari berbagai jenis sampah dan limbah beracun.
Dia berharap, pemerintah tidak perlu memprivatisasi wilayah pesisir 
yang model pengelolaannya melibatkan pihak ketiga. Pemerintah seharusnya
 membangun ekowisata mangrove berbasis masyarakat. 
“Pantai Oesapa ini banyak pohon mangrove. Walaupun banyak juga pohon 
mangrove yang mati, setiap tahun pemerintah sering tanam kemudian tidak 
merawatnya sampe tanaman mangrove besar akhirnya mati lagi,” ujarnya.
Secara terpisah, Ketua Jurnalis Cinta Maritim (Jucima) NTT, Kornelius
 Moa Nita, S.Fil memberikan apresiasi terhadap kegiatan para mahasiswa, 
Walhi dan masyarakat dalam aksi pembersihan pantai dan penanaman 
Mangrove.  Menurut dia, kegiatan seperti ini harus terus dilakukan kaum 
muda dan masyarakat agar ruang hijau dan bersih di kawasan pantai tetap 
terjaga.
“Kerja sama lintas sektor dan lintas organisasi dan masyarakat  perlu
 terus dibangun bersama-sama agar perjuangan yang dicapai bisa maksimal.
 Ego sektoral masih sering terjadi. Hal ini akan menjadi hambatan dalam 
memperjuangkan isu besar penyelamatan kawasan pesisir pantai. Kita harus
 gerakan besar untuk memenangkan kepentingan besar untuk daerah dan 
keberlangsungan hidup rakyat miskin,” ajaknya.
Ditambahkannya, gerakan-gerakan besar penyelamatan pesisir pantai 
perlu dilakukan di seluruh wilayah NTT yang memiliki wilayah perairan 
laut. Pasalnya, saat ini sebagian kawasan-kawasan pesisir pantai di NTT 
berada dalam ancaman privatisasi untuk kepentingan pemodal yang selalu 
berkolusi dengan pemerintah dengan memakai tameng kepentingan investasi 
dan bisnis.
Diberitakan sebelumnya, dalam memperingati Hari Ikan Nasional ke-2, 
Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM) Fakultas Perikanan Universitas 
Muhammadiyah Kupang  bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) 
Eksekutif Daerah NTT melakukan aksi pembersihan pantai dan penanaman 
anakan Mangrove di Pesisir Pantai Oesapa, RT 34 RW 11, Kecamatan Kelapa 
Lima, Kota Kupang. (Mk-02/sf)
