Mengurangi makan daging dan limbah makanan merupakan kunci upaya atasi krisis pangan dan iklim. Tips Lingkungan - Makan sehat dan me...
Mengurangi makan daging
dan limbah makanan merupakan kunci upaya atasi krisis pangan dan iklim.
Tips Lingkungan - Makan sehat dan mengurangi limbah makanan kembali terbukti menjadi kunci upaya mengatasi krisis pangan dan iklim. Hal ini terungkap dari hasil penelitian University of Cambridge yang diterbitkan baru-baru ini.
Produksi pangan adalah pemicu utama hilangnya keanekaragaman hayati, polusi dan krisis iklim. Jika tren ini berlanjut, jumlah emisi dari produksi pangan saja, akan melampaui total target pemangkasan emisi gas rumah kaca global pada 2050.
Tim peneliti juga menemukan, jika penduduk dunia terus bertumbuh dan mereka menerapkan pola makan seperti masyarakat Barat yang banyak mengonsumsi daging, peningkatan hasil panen tidak akan bisa memenuhi permintaan pangan penduduk dunia yang diperkirakan akan mencapai 9,6 miliar jiwa. Alhasil, dunia perlu lahan pertanian yang lebih luas untuk memroduksi pangan.
Dampaknya, menurut tim peneliti akan sangat buruk. Deforestasi akan terus terjadi sehingga menambah emisi karbon. Saat deforestasi naik, kerusakan keanekaragaman hayati juga meningkat. Sementara emisi metana terus bertambah, seiring dengan peningkatan produksi daging.
Solusinya adalah mengurangi limbah makanan dan menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, mengurangi konsumsi daging dan memperbanyak buah serta sayur-sayuran.
Tanpa dua aksi hijau tersebut, menurut tim peneliti, kebutuhan akan lahan pertanian baru akan naik 42% dan pupuk 45% pada 2050 dibanding level tahun 2009. Lebih parah lagi, tim peneliti juga memrediksi 10% dari hutan tropis alami akan hilang dalam jangka waktu 35 tahun. Ingin beraksi untuk bumi? Ubah pola makanmu. Makan sehat, bumi pun sehat.
Penulis: Hijauku
Tips Lingkungan - Makan sehat dan mengurangi limbah makanan kembali terbukti menjadi kunci upaya mengatasi krisis pangan dan iklim. Hal ini terungkap dari hasil penelitian University of Cambridge yang diterbitkan baru-baru ini.
Produksi pangan adalah pemicu utama hilangnya keanekaragaman hayati, polusi dan krisis iklim. Jika tren ini berlanjut, jumlah emisi dari produksi pangan saja, akan melampaui total target pemangkasan emisi gas rumah kaca global pada 2050.
Tim peneliti juga menemukan, jika penduduk dunia terus bertumbuh dan mereka menerapkan pola makan seperti masyarakat Barat yang banyak mengonsumsi daging, peningkatan hasil panen tidak akan bisa memenuhi permintaan pangan penduduk dunia yang diperkirakan akan mencapai 9,6 miliar jiwa. Alhasil, dunia perlu lahan pertanian yang lebih luas untuk memroduksi pangan.
Dampaknya, menurut tim peneliti akan sangat buruk. Deforestasi akan terus terjadi sehingga menambah emisi karbon. Saat deforestasi naik, kerusakan keanekaragaman hayati juga meningkat. Sementara emisi metana terus bertambah, seiring dengan peningkatan produksi daging.
Solusinya adalah mengurangi limbah makanan dan menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, mengurangi konsumsi daging dan memperbanyak buah serta sayur-sayuran.
Tanpa dua aksi hijau tersebut, menurut tim peneliti, kebutuhan akan lahan pertanian baru akan naik 42% dan pupuk 45% pada 2050 dibanding level tahun 2009. Lebih parah lagi, tim peneliti juga memrediksi 10% dari hutan tropis alami akan hilang dalam jangka waktu 35 tahun. Ingin beraksi untuk bumi? Ubah pola makanmu. Makan sehat, bumi pun sehat.
Penulis: Hijauku