Cuaca ekstrim akibat pemanasan global kerap kali membuat makhluk hidup tidak nyaman tinggal di suatu tempat. Burung Migrasi - Hal itu terja...
![[headerImage]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiTxIkVYku_UkDDhNwJPsLj5TquBAz_Q3mx7jLVIPLuiPMOH-4tvhT9bK-kQD_AStWCfMkYQ9B8cQC2Qu9EtuPjAucOwJf4MgKwyQ1xs8d3U17rCCcpv82ZKrv8jsD6RJPEV7Hi4k_xBwU/s16000/Burung+Migrasi.jpg)
Burung Migrasi - Hal itu terjadi pada sekelompok burung. Mereka berbondong-bondong melakukan migrasi ke daerah baru.
Salah satu fenomena menarik di dunia fauna adalah migrasi.
Kelompok burung merupakan satwa yang paling sering melakukannya. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Tak jarang, unggas ini melewati langit Indonesia ketika bermigrasi.
Banyak alasan yang mendasari proses migrasi kelompok burung. Dampak pemanasan global di suatu wilayah menjadi penyebab utamanya. Namun, beberapa jenis burung memang gemar berpindah secara rutin.
Akhir-akhir ini, banyak spesies burung singgah di daratan nusantara. Mereka membangun sarang, bertahan hidup, serta memiliki keturunan.
Inilah tujuh satwa imigran yang menetap di Indonesia
Burung Trinil
Burung trinil muncul dari bumi belahan utara. Spesies tersebut memiliki kebiasaan rutin bermigrasi ke selatan.
Setiap tahun, penduduk Indonesia bisa menyaksikan proses migrasinya. Satwa unik ini singgah di pantai, tepi sungai, atau kawasan danau.
Ukuran tubuh burung trinil tergolong minimalis, sekitar 20 cm.
Sekujur badannya didominasi abu-abu dan cokelat. Namun, bagian perut berwarna putih. Dengan bentuk paruh lancip, panjang, serta mampu membuka lebar, spesies ini memangsa udang, katak atau biji-bijian.
Burung Kedidi Leher Merah
Berasal dari Siberia, kedidi leher merah sering bermigrasi ke daratan Nusa Tenggara, Indonesia.
Burung ini gemar mendiami kawasan berlumpur, tambak, hutan bakau, atau sekitar muara. Merupakan pemangsa moluska dan serangga.
Kedidi leher merah mempunyai bulu dominan abu-abu kecokelatan. Fisiknya nyaris serupa dengan burung trinil. Namun, satwa ini berkaki pendek, punggungnya berbintik, serta ukuran tubuhnya lebih pendek.
Burung Elang Tiram
Elang tiram merupakan spesies terakhir dari suku Pandionidae. Burung ini mampu hidup di kawasan mana pun, kecuali Antartika.
Salah satu fenomena menarik di dunia fauna adalah migrasi.
Kelompok burung merupakan satwa yang paling sering melakukannya. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Tak jarang, unggas ini melewati langit Indonesia ketika bermigrasi.
Banyak alasan yang mendasari proses migrasi kelompok burung. Dampak pemanasan global di suatu wilayah menjadi penyebab utamanya. Namun, beberapa jenis burung memang gemar berpindah secara rutin.
Akhir-akhir ini, banyak spesies burung singgah di daratan nusantara. Mereka membangun sarang, bertahan hidup, serta memiliki keturunan.
Inilah tujuh satwa imigran yang menetap di Indonesia
Burung Trinil
Burung trinil muncul dari bumi belahan utara. Spesies tersebut memiliki kebiasaan rutin bermigrasi ke selatan.
Setiap tahun, penduduk Indonesia bisa menyaksikan proses migrasinya. Satwa unik ini singgah di pantai, tepi sungai, atau kawasan danau.
Ukuran tubuh burung trinil tergolong minimalis, sekitar 20 cm.
Sekujur badannya didominasi abu-abu dan cokelat. Namun, bagian perut berwarna putih. Dengan bentuk paruh lancip, panjang, serta mampu membuka lebar, spesies ini memangsa udang, katak atau biji-bijian.
Burung Kedidi Leher Merah
Berasal dari Siberia, kedidi leher merah sering bermigrasi ke daratan Nusa Tenggara, Indonesia.
Burung ini gemar mendiami kawasan berlumpur, tambak, hutan bakau, atau sekitar muara. Merupakan pemangsa moluska dan serangga.
Kedidi leher merah mempunyai bulu dominan abu-abu kecokelatan. Fisiknya nyaris serupa dengan burung trinil. Namun, satwa ini berkaki pendek, punggungnya berbintik, serta ukuran tubuhnya lebih pendek.
Burung Elang Tiram
Elang tiram merupakan spesies terakhir dari suku Pandionidae. Burung ini mampu hidup di kawasan mana pun, kecuali Antartika.
Kerap berpindah ke daerah yang sarat air, seperti rawa, danau, pantai, dan tepi sungai. Karena itulah, satwa tersebut sering terlihat terbang di langit nusantara.
Sebagaimana burung elang lainnya, spesies ini memiliki kaki dengan cengkeram yang tajam. Mangsa utamanya adalah kelompok ikan. Tubuhnya berukuran hingga 60 cm serta mampu menukik tajam dari ketinggian 40 mdpl.
Burung Ibis Rokoroko
Ibis Rokoroko mendiami hampir seluruh kawasan di bumi. Mereka suka bermigrasi ke selatan dan menetap di sana.
Burung ini menyukai daerah rawa, sawah, tepi danau, serta genangan air.
Sepintas, penampilan fisik burung ini terlihat menyeramkan. Namun, sebenarnya sangat unik dengan bulu berwarna biru kadru. Kakinya yang jenjang sering kali berjalan pelan, mengendap-endap, lalu menangkap mangsa menggunakan paruh.
Burung Layang-Layang Api
Layang-layang api berpindah dari belahan bumi utara ke beberapa negara di bagian selatan, termasuk Indonesia.
Burung ini gemar hinggap di pohon mati atau kawat yang membentang. Sering kali terbang rendah untuk memangsa hewan incarannya.
Ciri fisik yang paling menonjol adalah warna biru tua di punggungnya. Berleher pendek dan kepala kecil dengan warna hitam. Seluruh perutnya didominasi putih. Sementara ekornya nyaris tak terlihat.
Burung Gajahan Besar
Terbang dari daratan Rusia ke Indonesia. Burung mirip bangau ini gemar bermigrasi ke Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Biasanya, akan kembali ke habitat asli ketika musim kawin tiba.
Kaki jenjangnya menapak pelan di permukaan lumpur. Sesekali paruhnya yang panjang mengintai mangsa berupa ikan-ikan kecil. Kadang-kadang terbang bebas di angkasa dengan merentangkan sayap berwarna putih.
Burung Baza Hitam
Baza hitam mengembara dari India menuju hutan hujan saat musim panas. Di musim dingin, mereka kembali ke Semenanjung India dan Srilanka.
Burung ini memiliki karakteristik bulu dominan hitam. Paruh pendek, runcing, serta tajam, kerap digunakan untuk menyantap mangsanya berupa hewan invertebrata.
Itulah tujuh jenis burung yang sering migrasi ke Indonesia. Namun, migrasi burung tidak selalu identik dengan kebiasaan. Mungkin saja, itu sebuah pertanda kerusakan alam. Karena itulah, kelestarian lingkungan harus tetap dijaga.
Penulis: Jalak Suren
Burung Ibis Rokoroko
Ibis Rokoroko mendiami hampir seluruh kawasan di bumi. Mereka suka bermigrasi ke selatan dan menetap di sana.
Burung ini menyukai daerah rawa, sawah, tepi danau, serta genangan air.
Sepintas, penampilan fisik burung ini terlihat menyeramkan. Namun, sebenarnya sangat unik dengan bulu berwarna biru kadru. Kakinya yang jenjang sering kali berjalan pelan, mengendap-endap, lalu menangkap mangsa menggunakan paruh.
Burung Layang-Layang Api
Layang-layang api berpindah dari belahan bumi utara ke beberapa negara di bagian selatan, termasuk Indonesia.
Burung ini gemar hinggap di pohon mati atau kawat yang membentang. Sering kali terbang rendah untuk memangsa hewan incarannya.
Ciri fisik yang paling menonjol adalah warna biru tua di punggungnya. Berleher pendek dan kepala kecil dengan warna hitam. Seluruh perutnya didominasi putih. Sementara ekornya nyaris tak terlihat.
Burung Gajahan Besar
Terbang dari daratan Rusia ke Indonesia. Burung mirip bangau ini gemar bermigrasi ke Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Biasanya, akan kembali ke habitat asli ketika musim kawin tiba.
Kaki jenjangnya menapak pelan di permukaan lumpur. Sesekali paruhnya yang panjang mengintai mangsa berupa ikan-ikan kecil. Kadang-kadang terbang bebas di angkasa dengan merentangkan sayap berwarna putih.
Burung Baza Hitam
Baza hitam mengembara dari India menuju hutan hujan saat musim panas. Di musim dingin, mereka kembali ke Semenanjung India dan Srilanka.
Burung ini memiliki karakteristik bulu dominan hitam. Paruh pendek, runcing, serta tajam, kerap digunakan untuk menyantap mangsanya berupa hewan invertebrata.
Itulah tujuh jenis burung yang sering migrasi ke Indonesia. Namun, migrasi burung tidak selalu identik dengan kebiasaan. Mungkin saja, itu sebuah pertanda kerusakan alam. Karena itulah, kelestarian lingkungan harus tetap dijaga.
Penulis: Jalak Suren