Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengumumkan bahwa Indonesia - Australia telah melakukan kerjasama dalam bidang penghitungan ka...
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengumumkan bahwa
Indonesia - Australia telah melakukan kerjasama dalam bidang
penghitungan karbon yang akhirnya tertuang dalam Indonesia National
Carbon Accounting System (INCAS).
Perubahan Iklim - Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, Indonesia mendapatkan dukungan dari
Australia terkait perubahan iklim dalam INCAS atau Indonesia National
Carbon Accounting System. Hal itu diungkapkan Siti di Sekretariat
Delegasi Indonesia (Delri) dalam Konferensi Iklim PBB COP 24 di
Katowice, Polandia.
"Australia juga mendukung kita dalam
pengembangan instrumen untuk mengukur, melaporkan, dan verifikasi. Hal
ini penting dalam penghitungan emisi karbon", kata Siti melalui siaran
pers yang diterima Bisnis, Selasa (11/12/2018).
Selain itu,
menurut Siti, Indonesia-Australia sepakat mengagendakan kerja sama dalam
hal pengelolaan gambut, mangrove, serta sampah plastik laut. "Untuk
pelaksanaan kesepakatan masih menunggu kejelasan teknis implementasi",
jelas Siti.
Indonesia memiliki target penurunan emisi sebesar 29%
pada 2030 dan dengan dukungan internasional target tersebut menjadi 41%,
dimana penurunannya ditargetkan sebesar 17% dari kehutanan termasuk
dari blue carbon forest terutama mangrove, sementara 11% penurunan
dilakukan melalui sektor energi. Australia memiliki target NDC 26-27%.
Senada
dengan Siti, Menurut Menteri Lingkungan Australia Melissa Price, INCAS
merupakan sistem pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV) dari Gas
Rumah Kaca (GRK), termasuk aktivitas REDD+. Melissa juga menyambut baik
kerja sama kedua negara di bidang lingkungan, terutama kehutanan.
"Selamat
kepada Indonesia yang mendapat hasil bagus dalam kehutanan. Dalam
lingkup yang lebih luas, dalam hal isu blue carbon dan sampah plastik
laut juga tebuka luas kerja sama karena Indonesia dan Australia
sama-sama memiliki kepedulian yang mendalam terhadap hal tersebut", ucap
Melissa.
Rencana selanjutnya Indonesia - Australia diharapkan
dapat menggiatkan kembali Working Group on Environment and Climate
Change, yang terakhir kali dilaksanakan Februari 2012. Indonesia -
Australia juga diharapkan dapat melakukan langkah tindak lanjut Asia
Pacific Rain Forest Partnership (APRP), kerjasama peningkatan capacity
building, dan mengundang Australia untuk bergabung dalam IPTC.
Adapun
Indonesia dan Australia sebelumnya juga memiliki sejarah kerja sama
yang cukup panjang. Indonesia bersama Australia telah sukses
melaksanakan Asia Pacific Rainforest Summit (APRS) bulan April 2018 lalu
di Yogyakarta, yang menghasilkan banyak kesepakatan diantara
negara-negara Asia Pasifik untuk penyelamatan hutan hujan kawasan ini.
Penulis: Bunga Citra Arum Nursyifani | Bisnis