HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}
Breaking News:

9 Hal Yang Sangat Mengerikan Terhadap Bumi Dari Dampak Perubahan Iklim

Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini merupakan ancaman terbesar bagi kehidupan di Bumi.  Dampak Dari Perubahan Iklim - Dengan ...

Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini merupakan ancaman terbesar bagi kehidupan di Bumi. 


Dampak Dari Perubahan Iklim - Dengan laju yang tampaknya sulit untuk dihentikan kecuali dengan tindakan supermasif dan serentak oleh manusia, pemanasan global dan perubahan iklim semakin menunjukkan dampak yang signifikan.

Dampak yang diakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim pun akan menciptakan efek domino dan berantai, artinya satu hal akan mempengaruhi hal lain.

Dalam tiga abad terakhir, rata-rata temperatur udara di Bumi naik sebesar satu derajat Celsius akibat pemanasan global.

Kemungkinan besar, tahun 2050 nanti angka tersebut akan naik lagi sebesar 0,5 derajat Celsius.

Meski terlihat kecil dan sepele, kenaikan suhu akibat pemanasan global dan perubahan iklim ini dapat berdampak serius.

Kekeringan
Kekeringan sebagai konsekuensi dari pemanasan global adalah hal yang tak perlu dipertanyakan lagi. Sebagian besar dari belahan Bumi bagian selatan adalah wilayah yang akan mengalami kekeringan akibat pemanasan global. Sebagai contoh, di Afrika Selatan selama 3 tahun terakhir, hanya ada jumlah hujan tahunan dalam angka rata-rata. Ini berarti, penduduk di sana akan memiliki jumlah air tawar dan tanah yang lebih sedikit. Secara umum, para ilmuwan mengatakan, kecuali kita bertindak, jumlah air tawar di Bumi akan terus berkurang.

Hujan lebat
Pemanasan global dapat memicu hujan lebat di luar batas normal, dan fenomena ini masih berkaitan dengan poin kekeringan di atas. Karena panas, air akan menguap dari permukaan tanah dan masuk ke atmosfer. Hal ini dapat menyebabkan hujan tropis di sebagian besar wilayah di planet ini. Namun, masalah kekeringan pun tidak dapat diselesaikan dengan adanya hujan lebat. Sebab, air hanya akan mengalir ke danau dan sungai, menguap dari sana dan kembali turun ke Bumi dalam bentuk hujan. Siklus ini hanya akan berulang terus-menerus.

Banjir
Manusia akan mengalami hujan lebat yang akan menyebabkan naiknya permukaan laut. Bagi banyak negara, ini akan menyebabkan peningkatan jumlah terjadinya banjir. Banjir akan lebih merusak dan sulit dikendalikan. Banjir juga bisa menjadi lebih buruk karena pemanasan global. Beberapa pantai dan daerah pesisir akan mengalami banjir atau bahkan tenggelam.

Meningkatnya populasi serangga
Jika pemanasan global memberikan dampak positif, hal itu kemungkinan besar untuk serangga. Berkat perubahan iklim, serangga akan bermigrasi ke daerah di belahan Bumi bagian utara di mana mereka tidak bisa bertahan hidup sebelumnya. Jumlah serangga akan meningkat secara dramatis. Jadi dalam waktu sekitar 30 tahun akan ada banyak nyamuk, laba-laba, lalat, kutu, dan lainnya. Bagi manusia, tentu hal ini dapat berisiko meningkatkan penyebaran penyakit, sementara jumlah pohon di hutan yang dimakan serangga dan notabene membantu menyediakan oksigen akan turun drastis.

Kebakaran hutan
Serangga bukan satu-satunya bahaya bagi pohon. Karena suhu yang semakin panas, jumlah kebakaran hutan akan meningkat. Bagi manusia, hal ini menyebabkan banyak masalah: api menjadi sangat sulit dikendalikan. Sementara, banyaknya manusia yang harus dievakuasi akan menghabiskan banyak biaya. Selain itu, api akan menyebabkan banyak partikel mikroskopis melayang ke udara dan terhirup oleh paru-paru setiap makhluk hidup yang bernafas, termasuk manusia. Kebakaran hutan memang hal yang sering terjadi saat ini, tetapi pemanasan global dapat membuat situasi ini lebih parah.

Berkurangnya jumlah populasi ikan di laut
Kenaikan suhu secara global akan berdampak negatif pada makhluk laut. Karena perubahan iklim, jumlah habitat ikan akan jauh berkurang. Hal ini akan mempersulit makhluk laut tersebut untuk menemukan makanan. Bahkan peningkatan suhu yang 'hanya' sebesar 0,5 derajat Celsius dapat menyebabkan kematian dan kerusakan 80% terumbu karang di dunia. Sementara, peningkatan suhu sebesar 1 derajat Celsius akan membunuh semua terumbu karang. Bagi nelayan, ikan akan semakin sulit didapat dan harga ikan di pasar dapat melonjak drastis.

Infrastruktur yang rusak dalam jumlah besar
Daerah di belahan Bumi bagian utara akan menjadi lebih hangat. Namun, tentu orang-orang yang tinggal di sana tidak akan senang. Musim dingin akan terasa lebih hangat, tetapi es yang selalu ada di sana akan mulai mencair. Ada banyak bangunan di kawasan tersebut yang akan hancur, jalanan pun tidak akan bisa bertahan dalam menghadapi perubahan suhu.

Hasil panen yang buruk
Ini bukan hanya tentang jumlah buah dan sayuran yang akan berkurang karena kekeringan. Kualitas makanan juga akan menurun secara dramatis karena pemanasan global. Emisi gas CO2 secara reguler akan membuat tanaman tumbuh lebih cepat, sangat cepat malah sampai-sampai tidak cukup untuk mengembangkan banyak mikroelemen dan nutrisi. Jadi akan ada banyak buah dan sayuran dengan lebih sedikit kandungan protein, vitamin, dan mineral yang diperlukan tubuh.

Angin topan dan badai salju
Hujan deras dan banjir bukan satu-satunya masalah. Dunia harus bersiap menghadapi angin topan dan badai salju jika pemanasan global terus berlanjut. Seperti yang telah disebutkankan di atas, air akan menguap lebih cepat dan akan kembali ke daratan dalam bentuk hujan dan salju. Kecepatan penguapan akan meningkatkan siklus air di lautan, sehingga menyebabkan badai hebat. Angin topan dan badai salju tentu akan membuat kehidupan di planet ini lebih berbahaya. Pemanasan global masih bisa dicegah.

Hal terkecil yang bisa kita lakukan adalah mengurangi bahaya di masa depan. Dan setiap orang yang hidup di planet ini dapat melakukannya. Yakni dengan cara memilah sampah, menggunakan barang-barang ramah lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil, dan banyak lagi.

Perlu dicatat, hal-hal sederhana sekalipun yang dapat kita lakukan bisa mempengaruhi kondisi Bumi secara signifikan.

Penulis: Rizki A. Tiara | Travel Tribun News