Tanaman mangrove seperti yang kita ketahui merupakan jeni tanaman yang tumbuh di wilayah pesisir. Manfaat dari mangrove sendiri begitu bes...
Tanaman mangrove seperti yang kita ketahui merupakan jeni tanaman yang
tumbuh di wilayah pesisir. Manfaat dari mangrove sendiri begitu besar.
Baik dari segi ekologi atau lingkungan, maupun dari segi ekonomi untuk
masyarakat disekitarnya. Sayangnya, kedua potensi tersebut masih
berjalan pincang. Karena alasan ekonomi, tak jarang potensi ekologi dari
keberadaan mangrove cenderung diabaikan.
PortalHijau - Hal tersebutlah yang
coba diperbaiki oleh Miswadi dan kawan-kawan. Ia bergabung dengan
Mangrove Research Institute. Sejak 2012 lalu hingga saat ini. Pada
dasarnya, ia Mangrove Research Institute bertugas menyediakan jasa
maupun informasi mengenai mangrove. Baru kemudian info tersebut
digunakan untuk pengelolaan mangrove ke depan
“Kami melakukan
pengkajian mengenai sumber daya mangrove yang ada di Riau. Khususnya
Bengkalis. Di samping itu, kami juga mendampingi kelompok pengelola
mangrove di daerah tersebut dan membantu membangun koperasi asuhan
nelayan. Karena memang masyarakat perlu diberikan pemahaman mengenai
manfaat mangrove bagi ekonologi dan ekonomi.
Bagaimana keduanya
bisa berjalan beriringan. Kami dampingi mereka mengelola potensi
tersebut,” paparnya yang sempat aktif dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) ini.
Sejauh ini, ia menuturkan motivasi masyarakat
sudah semakin besar untuk mengelola mangrove. Hal tersebut bisa dilihat
dari semangat dan kesadaran mereka melakukan perlindungan. Kelompok
pengelola mangrove sudah mulai menanami mangrove dilahan-lahan
masyarakat. Tak hanya dihabitat aslinya saja.
“Penanaman
dilakukan tidak hanya di wilayah kelola. Tapi merembes ke wilayah
masyarakat. Mereka menyebutnya dengan kebun mangrove. Dengan adanya
kebun mangrove, habitat asli mangrove yang sudah rusak bisa fokus
direhabilitasi. Masyarakat tak mau mengusiknya. Namun, meski begitu,
minimnya biaya dan teknologi masih menjadi kendala bagi masyarakat untuk
melakukan rehabilitasi di wilayah kelola. Sehingga mereka lebih memilih
menanam di kebun saja,” lanjut Miswadi.
Kepada Riau Pos, ia
menjelaskan bahwa selama ini masyarakat banyak memanfaatkan mangrove
untuk menunjang ekonomi mereka. Mangrove ditebang. Kemudian kayunya
dijual. Di dunia bangunan, kayu mangrove dikenal baik untuk cerocok. Tak
hanya itu, potensi menggiurkan lainnya ialah dari arang mangrove.
Kualitasnya sudah terkenal menjadi yang tebaik. Sehingga, menjadi
permintaan pasar yang disediakan oleh masyarakat.
Tanpa adanya
kebijakan dari pemerintah mengenai pengelolaan mangrove tersebut,
masyarakat yang tak tahu informasi terus melakukan pemanfaatan. Hal
inilah yang dikatakan Maswadi mengabaikan sisi ekologi. Karena jelas,
dengan berkurangnya mangrove, laju abrasi menjadi lebih cepat.
Di
sisi lain juga, berkurangnya mangrove berdampak pada keberadaan ikan.
Mangrove merupakan tempat tinggal dan berkembang biak ikan. Tak ada
mangrove otomatis, ikan jadi terusik. Ini tentu akan dirasakan oleh para
nelayan. Maka dari itu, ia berharap pemerintah mampu membuat kebijakan
yang mengatur mengenai pengelolaan mangrove. Agar, sisi ekologi tak lagi
menjadi yang terabaikan di sini.
Selain itu, ke depan ia
berharap dirinya tetap terus bisa mengandikan diri di dunia pengabdian
masyarakat. Ia ingin terus menhimplementasikan ilmunya kepada masyarakat
pesisir dan mangrove yang memang memerlukan. “Tekad saya sudah kuat
untuk terus berjuang di Mangrove Research Institute ini. Belum ada
rencana alih profesi jadi penyanyi,” ujarnya sambil berkelakar.
Sebagai
alumni Unri, ia berharap mahasiswa dan alumni juga bisa
mengimplementasikan ilmu mereka untuk lingkungan. Jadilah pribadi yang
berpikir kreatif dan menunjukkan eksistensi diri sejak kuliah. Hal
tersebut akan menjadi nilai tambah dan memudahkan dalam berbuat di masa
depan.(azr) - Miswadi SPi MSi (Teknologi Hasil Perikanan Faperika 1995)