Jarak Pagar atau Jatropa curcas merupakan salah satu jenis tanaman semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropis. Tanaman ini dibaw...
Jarak Pagar atau Jatropa curcas merupakan salah satu jenis tanaman semak
berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropis. Tanaman ini dibawa
masuk ke Indonesia oleh tentara Jepang saat Perang Dunia ke-2
(1942-1945) dan digunakan sebagai pelumas mesin-mesin tank perang. Saat
ini, Jarak Pagar banyak ditemukan tumbuh liar di perkebunan-perkebunan
kosong ataupung sengaja ditanam di pekarangan sebagai pagar hidup.
PortalHijau - Tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara biji dan stek ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati karena bijinya banyak
mengandung minyak. Selain itu, tanaman Jarak Pagar juga banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional.
Melalui
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian, lima mahasiswa
Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro yang terdiri atas Amalia
Fildzah, Retno Suryani, Adistia Dian Kurniawati, Greace Fitriana
Chandramanik, dan Arum Choirun Nisa memanfaatkan Jarak Pagar untuk
mengolah limbah domestik di kawasan pesisir. Dibawah dosen pembimbing
Ganjar Samudro, ST, MT, tim PKM-P ini menggunakan tanaman Jarak Pagar
untuk mengolah air limbah domestik di kawasan pesisir utara Semarang
dengan sistem Subsurface Constructed Wetland atau lahan basah buatan
aliran bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan lahan basah buatan
berupa sebuah kotak kecil berukuran 50 cm x 36cm x 30 cm yang diisi
media kerikil dan pasir dan ditanami Jarak Pagar sebanyak 4 sampai 9
batang. Pada saat running atau pengoperasian sistem, air limbah akan
dilewatkan pada bagian bawah media yang terdiri atas kerikil dan pasir
serta sistem perakaran tanaman Jarak Pagar. Selama air limbah kontak
dengan bagian bawah media serta perakaran Jarak Pagar itulah, terjadi
proses degradasi atau perombakan polutan menjadi senyawa sederhana oleh
mikroorganisme yang tumbuh di sekitar sistem perakaran tanaman.
Selanjutnya, senyawa-senyawa sederhana tersebut dimanfaatkan sebagai
nutrien untuk pertumbuhan Jarak Pagar. Selain proses biologis, dalam
sistem pengolahan ini juga terjadi penyisihan fisik seperti filtrasi dan
sedimentasi yang banyak dipengaruhi oleh porositas media. Proses
biologis oleh mikroorganisme akan menyisihkan senyawa organik seperti
BOD dan COD yang terdapat dalam air limbah. Sedangkan mekanisme
penyisihan fisik seperti filtrasi dan sedimentasi akan menyisihkan
padatan atau TSS air limbah sehingga effluent atau air luaran dari
sistem ini akan tampak jernih. Selain itu, sistem ini juga mampu
mengadsorbsi bau yang terdapat pada air limbah yang dioleh.
Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sistem subsurface
constructed wetland dengan tanaman Jarak Pagar mampu menyisihkan COD
sebesar 38-85% dan TSS sebesar 75-91%. Kinerja terbaik ditunjukkan oleh
sistem dengan debit 8 ml/ menit serta jumlah tanaman Jarak Pagar 9
batang yang mampu menghasilkan air luaran sistem atau effluent memenuhi
baku mutu air limbah domestik Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 tahun
2012. Penelitian ini mampu menjadi solusi untuk mengatasi limbah
domestik pesisir yang saat ini merupakan penyebab terbesar pencemaran
dan kerusakan ekosistem pesisir di Indonesia. Selain itu, hasil
penelitian ini juga memperkaya pengetahuan terkait pemanfaatan Jarak
Pagar sebagai tanaman fitoteknologi untuk meremediasi atau membersihkan
lingkungan yang tercemar. Sebagai tanaman darat, penelitian tentang
pemanfaatan Jarak Pagar sebagai fitoteknologi selama ini lebih cenderung
untuk mengatasi tanah tercemar. Karenanya, melalui hasil penelitian ini
Jarak Pagar sangat mungkin digunakan untuk mengolah limbah yang
berbentuk cair. (RS) Retno Suryani