Jalanan berpasir di ujung desa itu mengakhiri roda motor kami. Kanan kiri jalan terdapat sepasang parit yang lebar dan cukup dalam. Air paya...
Jalanan berpasir di ujung desa itu mengakhiri roda motor kami. Kanan kiri jalan terdapat sepasang parit yang lebar dan cukup dalam. Air payau itu sudah terlihat saat kami memasuki area hutan bakau ini.
PortalHijau - Akar yang menyeruak ke atas menjadi ciri khas hutan itu yang tumbuh di tepi laut. Mentari kian merangkak, cuaca mulai panas, dan kami sudah berada di Ekowisata Mangrove Bakau Mas.
Wisata hutan bakau ini merupakan wisata yang mulai populer di Pangkalan Susu dan Pangkalan Brandan. Kalau saja selama ini wisatawan lokal dari kedua daerah tersebut bercengkarma dengan keindahan laut dari pelabuhan, namun belakangan ini wisatawan sudah dimanjakan oleh ekowisata hutan bakau.
Pintu Rimba Hutan Bakau Mas | Foto AIJ
Kami menyeberangi jembatan yang terbuat dari kayu dan batang pohon kelapa sebagai pijakannya. Jembatan itu pulalah sebagai akses untuk menelusuri hutan bakau tersebut. Terdapat banyak tempat duduk dan pondok yang terbuat dari kayu di sepanjang jalan. Bahkan di sana dibangun pula Aula yang cukup besar dan mushola yang jaraknya saling berdekatan.
Mushola di Hutan Bakau Lubuk Kertang | Foto AIJ
Sampai di sini mata kami sudah melihat samar-samar aliran sungai menuju laut yang membelah hutan bakau. Aliran air sungai itu cokelat kehijauan. Dan andai saja kalau dilengkapi dengan wisata sampan tentu akan memberi sensasi dan kesan pengalaman yang sangat seru di ekowisata mangrove ini. Jadi wisatawan bisa menelusuri aliran sungai di hutan bakau dengan mendayung sampan. Wah... itu tentu petualangan yang keren, bukan?
Di antara sinar mentari yang menembus di sela dedaunan, monyet-monyet berlarian bersembunyi mendengar derap langkah kaki kami. Penghuni hutan bakau mas ini masih malu-malu terhadap wisatawan. Sayang sekali kamera yang kami gunakan hanya kamera pocket, jadi tidak bisa mengabadikan momen monyet-monyet yang bergelantungan lucu di antara pepohonan bakau.
Hutan Bakau Aliran Sungai Menuju Di Hutan Bakau Lubuk Kertang | Foto AIJ
Hanya kami berdua di dalam hutan bakau ini, tak ada seorang wisatawan saat itu yang berkunjung. Mungkin karena bulan ramadhan, atau bisa jadi ekowisata hutan bakau ini belum tercium oleh para wisatawan Kota Medan. Jarak yang tidak terlalu jauh dari ibu kota Sumatera Utara ini semestinya bisa menjadi alternatif wisata yang sudah populer seperti Pantai Cermin, atau Danau Toba. Sekitar dua jam lebih perjalanan jarak antara Medan dan Pangkalan Berandan.
Setelah di pengujung jalan hutan ini kami pun kembali keluar. Untuk biaya tiket di sini gratis, tidak dipungut biaya. Hanya ada kotak sumbangan yang ada di sana yang disediakan bagi wisatawan. Sedangkan penjual makanan dan minuman, hanya terdapat satu penjual yang menjajakan jualan di pintu masuk hutan.
Lalu kami pun mengunjungi wisata hutan bakau lainnya, yang berada di Dusun V Kelapa Enam. Jaraknya tidak jauh, sekitar 15 menit perjalanan.Di ekowisata mangrove ini area parkirnya sangat luas, tidak seperti Mangrove Bakau Mas, yang tempat parkirnya saja sangat kecil dan sempit.
PortalHijau - Akar yang menyeruak ke atas menjadi ciri khas hutan itu yang tumbuh di tepi laut. Mentari kian merangkak, cuaca mulai panas, dan kami sudah berada di Ekowisata Mangrove Bakau Mas.
Wisata hutan bakau ini merupakan wisata yang mulai populer di Pangkalan Susu dan Pangkalan Brandan. Kalau saja selama ini wisatawan lokal dari kedua daerah tersebut bercengkarma dengan keindahan laut dari pelabuhan, namun belakangan ini wisatawan sudah dimanjakan oleh ekowisata hutan bakau.

Kami menyeberangi jembatan yang terbuat dari kayu dan batang pohon kelapa sebagai pijakannya. Jembatan itu pulalah sebagai akses untuk menelusuri hutan bakau tersebut. Terdapat banyak tempat duduk dan pondok yang terbuat dari kayu di sepanjang jalan. Bahkan di sana dibangun pula Aula yang cukup besar dan mushola yang jaraknya saling berdekatan.

Sampai di sini mata kami sudah melihat samar-samar aliran sungai menuju laut yang membelah hutan bakau. Aliran air sungai itu cokelat kehijauan. Dan andai saja kalau dilengkapi dengan wisata sampan tentu akan memberi sensasi dan kesan pengalaman yang sangat seru di ekowisata mangrove ini. Jadi wisatawan bisa menelusuri aliran sungai di hutan bakau dengan mendayung sampan. Wah... itu tentu petualangan yang keren, bukan?
Di antara sinar mentari yang menembus di sela dedaunan, monyet-monyet berlarian bersembunyi mendengar derap langkah kaki kami. Penghuni hutan bakau mas ini masih malu-malu terhadap wisatawan. Sayang sekali kamera yang kami gunakan hanya kamera pocket, jadi tidak bisa mengabadikan momen monyet-monyet yang bergelantungan lucu di antara pepohonan bakau.

Hanya kami berdua di dalam hutan bakau ini, tak ada seorang wisatawan saat itu yang berkunjung. Mungkin karena bulan ramadhan, atau bisa jadi ekowisata hutan bakau ini belum tercium oleh para wisatawan Kota Medan. Jarak yang tidak terlalu jauh dari ibu kota Sumatera Utara ini semestinya bisa menjadi alternatif wisata yang sudah populer seperti Pantai Cermin, atau Danau Toba. Sekitar dua jam lebih perjalanan jarak antara Medan dan Pangkalan Berandan.
Setelah di pengujung jalan hutan ini kami pun kembali keluar. Untuk biaya tiket di sini gratis, tidak dipungut biaya. Hanya ada kotak sumbangan yang ada di sana yang disediakan bagi wisatawan. Sedangkan penjual makanan dan minuman, hanya terdapat satu penjual yang menjajakan jualan di pintu masuk hutan.
Lalu kami pun mengunjungi wisata hutan bakau lainnya, yang berada di Dusun V Kelapa Enam. Jaraknya tidak jauh, sekitar 15 menit perjalanan.Di ekowisata mangrove ini area parkirnya sangat luas, tidak seperti Mangrove Bakau Mas, yang tempat parkirnya saja sangat kecil dan sempit.
Hutan Mangrove Pangkalan Brandan - Ekowisata Hutan Mangrove Dusun V Kelapa Enam | Foto AIJ
“Waktu itu sangat ramai pengunjung yang datang ke sini, pihak pengelola juga menyediakan hiburan orgen tunggal dan hiburan jaran kepang,” kata saudari perempuan saya sambil menunjuk halaman Ekowisata Mangrove, Jumat (24/6/2016).
Sampan Mesin (Perahu Motor) Membelah sungai | Foto AIJ
“Dari atas sana pemandangan bagus,” katanya lagi, jarinya menunjuk gardu pandang.
Pemandang bagus, ya tentu saja itu ide yang menarik untuk dicoba. Saya pun bergegas memanjat gardu pandang yang cukup tinggi. Gardu pandang itu terbuat dari kayu, cukup rawan patah sebenarnya, saya pun berhati-hati memanjat anak tangganya. Sesampai di atas, benar saja, sebuah pemandangan yang cukup indah. Gugusan bukit Barisan terlihat dari atas gardu pandang. Sungai yang diapit hutan bakau pun bisa terlihat jelas.
Hutan Mangrove - Pemandangan Cantik Dari Gardu Pandang | Foto AIJ
Jalur di sini tidak begitu panjang seperti hutan bakau sebelumnyayang kami kunjungi pertama tadi. Sehingga membuat para wisatawan kurang begitu menikmati keeksotisan hutan bakau ini. Namun, bagi yang suka fotograpi, tentu punya kesan tersendiri di sini. Sangat dramatis lho kalau berfoto berlatar belakang hutan bakau dan sungai yang berwarna hijau kecokelatan. Wisata baru yang dimiliki Pangkalan Berandan ini bisa menyihir wisatawan untuk betah duduk berlama-lama di pondok cantik yang terbuat dari kayu.

Hutan Mangrove Pangkalan Brandan - Tempat Cantik Untuk Berfoto di Hutan Bakau | Foto AIJ
Secara keseluruhan saya nilai, kedua objek wisata ini belum terlalu diperhatikan serius oleh pihak pengelola. Mulai dari penjaganya, fasilitas kamar mandi, toilet, hiburan seperti sebuah game,penjual permanen yang setiap harinya membuka jualannya di sana, dan wisata air seperti naik sampan atau perahu motor.
Ya, sebab ini bisa jadi amazonnya Sumatera Utara untuk wisata petualangan di air. Nah, jika diperhatikan lebih serius lagi, kemungkinan besar wisata hutan bakau tersebut bisa menjadi wisata bertaraf nasional, bahkan tak menutup kemungkinan wisata internasional.
Kedua Ekowisata Mangrove ini terletak di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.Rute dari Medan menuju ke hutan bakau ini, sahabat travel menuju ke Diski atau Kampung Lalang! Lalu mengikuti jalan menuju ke arah Langkat. Kota-kota yang dilewati seperti Stabat, Tanjung Pura, dan Pangkalan Berandan.
Nah, setelah sampai di simpang Pangkalan Susu, ikuti jalan tersebut menuju ke Kota Pangkalan Susu, sampai di Simpang Batu Seratus sahabat travel bisa berhenti di sana. Kemudian melanjutkan perjalanan dari perkampungan warga. Ikuti saja jalan tersebut sampai ada jalan penunjuk arah Ekowisata Mangrove. [] Asmara Dewo
“Waktu itu sangat ramai pengunjung yang datang ke sini, pihak pengelola juga menyediakan hiburan orgen tunggal dan hiburan jaran kepang,” kata saudari perempuan saya sambil menunjuk halaman Ekowisata Mangrove, Jumat (24/6/2016).
Akses jalan di sini terbuat dari kayu dan bambu. Anak sungai yang membelah hutan bakau lebih lebar. Saat kami berada di sana, melintas perahu motor dengan asap yang mengepul tinggi dan suara mesinnya yang begitu berisik. Wusshhh... ombak kecil itu menghantam tepian hutan bakau setelah beberapa detik perahu motor berlalu.
“Dari atas sana pemandangan bagus,” katanya lagi, jarinya menunjuk gardu pandang.
Pemandang bagus, ya tentu saja itu ide yang menarik untuk dicoba. Saya pun bergegas memanjat gardu pandang yang cukup tinggi. Gardu pandang itu terbuat dari kayu, cukup rawan patah sebenarnya, saya pun berhati-hati memanjat anak tangganya. Sesampai di atas, benar saja, sebuah pemandangan yang cukup indah. Gugusan bukit Barisan terlihat dari atas gardu pandang. Sungai yang diapit hutan bakau pun bisa terlihat jelas.
Hutan Mangrove - Pemandangan Cantik Dari Gardu Pandang | Foto AIJ
Jalur di sini tidak begitu panjang seperti hutan bakau sebelumnyayang kami kunjungi pertama tadi. Sehingga membuat para wisatawan kurang begitu menikmati keeksotisan hutan bakau ini. Namun, bagi yang suka fotograpi, tentu punya kesan tersendiri di sini. Sangat dramatis lho kalau berfoto berlatar belakang hutan bakau dan sungai yang berwarna hijau kecokelatan. Wisata baru yang dimiliki Pangkalan Berandan ini bisa menyihir wisatawan untuk betah duduk berlama-lama di pondok cantik yang terbuat dari kayu.

Hutan Mangrove Pangkalan Brandan - Tempat Cantik Untuk Berfoto di Hutan Bakau | Foto AIJ
Secara keseluruhan saya nilai, kedua objek wisata ini belum terlalu diperhatikan serius oleh pihak pengelola. Mulai dari penjaganya, fasilitas kamar mandi, toilet, hiburan seperti sebuah game,penjual permanen yang setiap harinya membuka jualannya di sana, dan wisata air seperti naik sampan atau perahu motor.
Ya, sebab ini bisa jadi amazonnya Sumatera Utara untuk wisata petualangan di air. Nah, jika diperhatikan lebih serius lagi, kemungkinan besar wisata hutan bakau tersebut bisa menjadi wisata bertaraf nasional, bahkan tak menutup kemungkinan wisata internasional.
Kedua Ekowisata Mangrove ini terletak di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.Rute dari Medan menuju ke hutan bakau ini, sahabat travel menuju ke Diski atau Kampung Lalang! Lalu mengikuti jalan menuju ke arah Langkat. Kota-kota yang dilewati seperti Stabat, Tanjung Pura, dan Pangkalan Berandan.
Nah, setelah sampai di simpang Pangkalan Susu, ikuti jalan tersebut menuju ke Kota Pangkalan Susu, sampai di Simpang Batu Seratus sahabat travel bisa berhenti di sana. Kemudian melanjutkan perjalanan dari perkampungan warga. Ikuti saja jalan tersebut sampai ada jalan penunjuk arah Ekowisata Mangrove. [] Asmara Dewo