PortalHijau - Indonesia terancam kehilangan pasar sawit dunia. Pasalnya negara-negara maju di dunia mulai selektif dalam memilih produk ...
PortalHijau - Indonesia terancam kehilangan pasar sawit dunia. Pasalnya
negara-negara maju di dunia mulai selektif dalam memilih produk sawit
dan cenderung memilih produk sawit yang berkelanjutan, terutama dari
negara-negara di benua Eropa.
“Tiongkok dan India juga dikabarkan mulai mengalihkan perhatiannya pada
produk sawit berkelanjutan,” ungkap Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit
(SPKS), Mansuetus Darto, dalam diskusi bertema ‘Menjembatani Petani
Sawit Menuju Praktik Berkelanjutan’ di Jakarta, di Jakarta, seperti
kutip Suaramerdeka.
Menurut Darto, pemerintah perlu membangun stigma positif dan menjamin
produksi kelapa sawit secara berkelanjutan. “Dengan begitu nilai ekspor
produk sawit Indonesia tidak akan merosot dan terancam kehilangan pasar
internasional,” lanjutnya.
Dengan begitu akan mendorong petani dan pemangku kepentingan lainnya
untuk memproduksi sawit berkelanjutan secara besar-besaran. Karena
mayoritas CPO (Crude Palm Oil) Indonesia berorientasi ekspor.
Dijelaskan bahwa sekitar 40% dari produksi sawit di Indonesia
dihasilkan dari perkebunan kecil rakyat yang dikelola oleh petani sawit,
dengan produktivitas rata-rata antara 12-14 juta/ha/tahun. Pada tahun
2015, Indonesia memproduksi setidaknya 31,5 juta ton CPO dan sekitar 21
juta ton di ekspor, sisanya untuk konsumsi dalam negeri.
Lebih lanjut Darto mengatakan, salah satu cara strategis untuk
menciptakan sawit lestari atau berkelanjutan adalah menjadikan desa
sebagai suatu satuan pemangku kepentingan untuk mempercepat produksi
sawit berkelanjutan dengan gagasan Desa Sawit Lestari.“Ide Desa Sawit
Lestari ini muncul tatkala petani sawit sering menghadapi persoalan
seperti produktivitas yang menurun dan harga sawit yang juga turun,”
ujarnya.(T2 - Info Sawit)