Sebagai lumbung penghasil sumberdaya mineral dan perkebunan, Sumatera Selatan memiliki komitmen untuk terus menjaga lingkungan. Perbaika...
Sebagai lumbung penghasil sumberdaya mineral dan perkebunan,
Sumatera Selatan memiliki komitmen untuk terus menjaga lingkungan.
Perbaikan tanpa basa basi pun dilakukan dengan menerapkan budidaya
berkelanjutan
PortalHijau - Sebagai salah satu daerah penghasil sumber daya mineral dan perkebunan,
Sumatera Selatan (Sumsel) mantap untuk melakukan perlindungan
lingkungan dan praktik-praktik berkelanjutan untuk menjamin
keberlanjutan supply sumber daya mineral dan perkebunan
tersebut dalam jangka panjang dan mendukung kesejahteraan masyarakat
Sumsel dan bangsa Indonesia. Apalagi merujuk informasi dari Pemerintah
Provinsi Sumsel, wilayah ini merupakan penghasil karet, sawit dan
komoditas mineral, utamanya batubara, yang mana sekitar 48% dari total
batubara yang ada di Indonesia berlokasi di Sumsel.
Kendati memiliki kekayaan alam berlimpah, Pemprov Sumsel tidak lantas
sembrono dalam mengelola sumber daya alamnya, bahkan proses pembukaan
lahan dan pengembangan tambang dilakukan secara legal. “Batubara kita
manfaatkan dengan prinsip kehati-hatian. Tidak ada yang ilegal dan kita
jaga supaya tidak merusak hutan,” tutur Gubernur Sumsel, Alex Noerdin
kepada InfoSAWIT, belum lama ini.
Dalam upaya menerapkan legalistas dan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, Sumsel pun bertekad untuk menjadi penghasil minyak sawit
yang berkelanjutan.
Namun demikian, dalam menerapkan semua itu tidak semudah membalikkan
telapak tangan, terkadang koordinasi antara pemerintah pusat perlu
dilakukan secara intensif, kata Alex dengan pemberian informasi yang
sejelas-jelasnya bakal memberikan input yang positif kepada pemerintah
pusat, alhasil pemerintah pusat bakal paham dan siap membantu program
daerah.
Sebagai langkah awal dalam menerapkan komitmen pembangunan ekonomi
hijau, Sumsel bakal menerapkan sertifikasi yurisdiksi, sebagai salah
satu jalan memastikan semua proses pengelolaan sumber daya alam
dilakukan dengan kaidah yang ramah lingkungan dan sosial.
Pihaknya akan mewujudkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dalam
skala lanskap dengan dibantu berbagai lembaga, termasuk BPDP, GAPKI
Sumsel, perusahaan swasta dan organisasi nirlaba seperti IDH. Pendekatan
ini, kata Alex bakal memberikan gambaran yang holistik mengenai
opportunitas peningkatan ekonomi masyarakat tanpa harus merusak
lingkungan.
Memang diakui tidak mudah, apalagi untuk menjawab tantangan sekitar 100
sampai 200 ribu petani yang telah membangun kebun sawit di atas lahan
gambut dan hutan. Termasuk memastikan pendapatan petani tidak berkurang
apabila pilihan relokasi lahan kebun sawit dipilih dan selama kebun
sawit yang baru belum menghasilkan. “Ini tidak mudah, untuk meyakinkan
petani bahwa keputusan tersebut pada akhirnya adalah untuk kebaikan
mereka,” kata Alex.
Namun melalui kerjasama . . . - Info Sawit