HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Sekolah ‘Hijau’ Sekolah Idaman dan Juga Sekolah Berwawasan Lingkungan

Sekolah Hijau - Pemberitaan mengenai kondisi sekolah yang tidak layak untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) barangkali sering kita temui...

Sekolah Hijau - Pemberitaan mengenai kondisi sekolah yang tidak layak untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) barangkali sering kita temui. Ada yang atapnya sudah rusak, tembok yang mau roboh, atau ruang kelas yang digabungkan dengan ‘kandang kambing’.

Fenomena ini menjadi salah satu potret buram dunia pendidikan di negeri ini. Sungguh ironi melihatnya, mengingat generasi bangsa ini harus dipersiapkan dengan baik untuk menyongsong derasnya arus perubahan zaman.

Sekolah didirikan semata-mata untuk Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM). Sehingga beragam aspek penunjang KBM perlu dikelola dengan baik sebagai upaya untukmemberikanfasilitas dan pelayanan yang layak untuk edukasi.

Hal itu bisa berasal dari sisi kurikulum, sarana dan prasarana, Sumber Daya Manusia (SDM) ataupun sisi-sisi lainnya yang lebih sederhana dan praktis. Misalnya metode mengajar, budaya berperilakau jujur dan disiplin, atau kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

Setiap sekolah pastinya mempunyai cara untuk mendukung proses KBM yang layak. Supaya seluruh pihak yang berada di dalamnya terutama siswa merasa ‘homy’ dan muncul perasaan nyaman. Sehingga mereka (siswa) akan ‘kerasan’ untuk mengikuti KBM. Jika siswa antusias mengikuti setiap pelajaran, ceria dan penuh semangat berangkat ke sekolah, dan jarang terlihat adanya keterangan alpa dalam daftar hadir siswa bisa dijadikan indikator sederhana sebagai sekolah yang dapat nyaman bagi siswa.

Peristiwa bullying di sekolah juga menjadi salah satu indikator utama sekolah yang nyaman. Sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat menekan praktik-praktik kekerasan baik secara fisik atau psikologis. Akan mendapatkan kenyamanan apabila siswa tidak mudah menjadi bahan bully dari temannya, kakak kelasnya atau mungkin dari gurunya. Hal itu berawal dari kualitas interaksi diantara siswa dan guru yang terbangun dengan kedekatan emosional. Adanya kehangatan dan saling menghormati menjadi indikator hubungan yang baik.

Sudah barang tentu mewujudkan sekolah dengan suasana seperti gambaran diatas membutuhkan usaha yang sangat keras. Tidak hanya sampai disitu, usaha tersebut juga harus ditopang dengan berbagai sumber daya yang memadai, sarana prasarana, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) guru dan siswa, atau adanya pendanaan yang mencukupi. Namun yang terpenting adalah kemauan yang keras dari segenap elemen sekolah, termasuk kepala sekolah, guru,karyawan, komite, atau siswa.

Menciptakan Sekolah Hijau
Selain sebagai tempat belajar sekolah juga juga mempunyai fungsi sebagai tempat bersosialisasi dengan cara bermain atau dengan cara-cara yang lebih mendewasakan. Maka dari itu kegiatan bermain dan bersosialisasi siswa jugamembawa syaratadanya fasilitas yang nyaman serta beberapa dukungan lainnya. Di antaranya dukungan dari aspek budaya dan kebiasaan yang berkembang. Budaya disiplin, jujur dan kedekatan personal antar siswa, siswa dengan guru, atau antar guru menjadi pilar pembentuk budaya yang positif di sekolah.

Kenyamanan juga akan mudah didapat siswa jika sekolah memberikan fasilitas yang memadai (tidak harus mewah). Ruang kelas dan fasilitas pendukung lain harus direkayasa senyaman mungkin. Kebersihan, tata letak, sirkulasi udara, pencahayaan, pewarnaan dinding yang baik,  adalah bagian-bagian yang bisa dimanipulasi sesuai selera.

Cara lain untuk mencipta sekolah yang nyaman adalah tamanisasi di sekolah. Artinya adalah menggerakkan penghijauan di setiap ruang-ruang yang masih kosong. Fungsinya, dapat memberikan suasana segar dan teduh. Sehingga dengan keteduhan juga akan membawa pengaruh positif pada psikologis siswa.

Adanya materi pembelajaran yang terkadang memberikan beban tersendiri, akan berkurang jika berada dalam lingkungan yang ‘hijau’ apalagi rekreatif. Misalnya saja sesaat setelah mengikuti pembelajaran yang menguras energi, siswa bisa memanjakan pandangan pada indahnya taman sekolah. Di kala istirahat siswa bisa memanfaatkan pepohonan sebagai tempat peristirahatan sekaligus bercengkerama dengan teman-teman yang lain. Guru pun bisa memanfaatkan fasilitas luar kelas sebagai tempat pembelajaran yang menarik.

Ilustrasi tersebut hanya terdapat pada sekolah yang memang peduli pada keasrian dan suasana hijau di sekolah. Upaya-upaya yang bisa dilakukan salah satunya adalah dengan menciptakan sekolah hijau (green school), yakni dengan mengadakan kegiatan penghijauan di sekolah.

Gerakan penghijauan yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan bercocok tanam belaka. Akan tetapi lebih kepada spirit untuk memerangi segala hal yang berakibat pada global warming (pemanasan global). Beberapa diantaranya yang mudah diterapkan adalah pemakaian listrik secara bijak di dalam kelas. Pembuangan sampah yang perlu dipisah antara organik dan non-organik. Atau yang sedikit perlu digalakkan lagi adalah pemanfaatan sampah yang sudah dipisah antara organik dan non-organik tersebut.

Pengelolaan sampah di sekolah juga penting melibatkan siswa. Manfaatnya adalah sebagai salah satu bentuk pendidikan kepada siswa. Manfaatnya  mampu menumbuhkan sense of belonging siswa kepada sekolah. Adanya partisipasi siswa juga menjadi bukti bahwa hubungan yang hangat antara siswa dan sekolah benar-benar terwujud.

Mengelola sampah tidak hanya sampai memisahkan, namun juga memprosesnya supaya menjadi produk yang bermanfaat.Siswa harus dibiasakan untuk memilah sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk. Sampak yang an-organik dijadikan bahan kreasi seni (recycle handycraft). Usahaini tidak hanya memicu kreatifitas namun juga menambah ketrampilan yang bernilai ekonomis.

Program ini membutuhkan dukungan sistem yang kuat. Sehingga keterpaduan antar lini, baik sekolah, Guru maupun orang tua dan siswa sangat diutamakan. Supaya terjalin kerjasama yang berkesinambungan. Jika sudah terjalin komunikasi dengan baik, niscaya menjadikan sekolah ‘hijau’ bukan lagi perkara yang sulit.

Perlu kita ketahui bahwa pemanasan global sudah tidak bisa dibendung lagi. Namun, setidaknya kita bisa mengurangi dampaknya yang begitu luas. Dengan mewujudkan sekolah menjadi tempat yang ‘hijau’, penuh dengan kesejukan, bersih dan asri. Ada pepatah mengatakan Rumahku Surgaku, maka bisa pula dijadikan sebagai slogan menjadi Sekolahku adalah Surgaku. Semoga bermanfaat. ***