Sekolah Hijau - Pemberitaan mengenai kondisi sekolah yang tidak layak untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) barangkali sering kita temui...
Sekolah Hijau - Pemberitaan mengenai kondisi sekolah yang tidak layak untuk
kegiatan belajar mengajar (KBM) barangkali sering kita temui. Ada yang
atapnya sudah rusak, tembok yang mau roboh, atau ruang kelas yang
digabungkan dengan ‘kandang kambing’.
Fenomena ini menjadi salah satu
potret buram dunia pendidikan di negeri ini. Sungguh ironi melihatnya,
mengingat generasi bangsa ini harus dipersiapkan dengan baik untuk
menyongsong derasnya arus perubahan zaman.
Sekolah didirikan
semata-mata untuk Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM). Sehingga beragam
aspek penunjang KBM perlu dikelola dengan baik sebagai upaya
untukmemberikanfasilitas dan pelayanan yang layak untuk edukasi.
Hal
itu bisa berasal dari sisi kurikulum, sarana dan prasarana, Sumber Daya
Manusia (SDM) ataupun sisi-sisi lainnya yang lebih sederhana dan
praktis. Misalnya metode mengajar, budaya berperilakau jujur dan
disiplin, atau kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Setiap
sekolah pastinya mempunyai cara untuk mendukung proses KBM yang layak.
Supaya seluruh pihak yang berada di dalamnya terutama siswa merasa ‘homy’
dan muncul perasaan nyaman. Sehingga mereka (siswa) akan ‘kerasan’
untuk mengikuti KBM. Jika siswa antusias mengikuti setiap pelajaran,
ceria dan penuh semangat berangkat ke sekolah, dan jarang terlihat
adanya keterangan alpa dalam daftar hadir siswa bisa dijadikan indikator
sederhana sebagai sekolah yang dapat nyaman bagi siswa.
Peristiwa
bullying di sekolah juga menjadi salah satu indikator utama sekolah
yang nyaman. Sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat menekan
praktik-praktik kekerasan baik secara fisik atau psikologis. Akan
mendapatkan kenyamanan apabila siswa tidak mudah menjadi bahan bully
dari temannya, kakak kelasnya atau mungkin dari gurunya. Hal itu
berawal dari kualitas interaksi diantara siswa dan guru yang terbangun
dengan kedekatan emosional. Adanya kehangatan dan saling menghormati
menjadi indikator hubungan yang baik.
Sudah barang tentu
mewujudkan sekolah dengan suasana seperti gambaran diatas membutuhkan
usaha yang sangat keras. Tidak hanya sampai disitu, usaha tersebut juga
harus ditopang dengan berbagai sumber daya yang memadai, sarana
prasarana, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) guru dan siswa, atau
adanya pendanaan yang mencukupi. Namun yang terpenting adalah kemauan
yang keras dari segenap elemen sekolah, termasuk kepala sekolah,
guru,karyawan, komite, atau siswa.
Menciptakan Sekolah Hijau
Selain
sebagai tempat belajar sekolah juga juga mempunyai fungsi sebagai
tempat bersosialisasi dengan cara bermain atau dengan cara-cara yang
lebih mendewasakan. Maka dari itu kegiatan bermain dan bersosialisasi
siswa jugamembawa syaratadanya fasilitas yang nyaman serta beberapa
dukungan lainnya. Di antaranya dukungan dari aspek budaya dan kebiasaan
yang berkembang. Budaya disiplin, jujur dan kedekatan personal antar siswa, siswa dengan guru, atau antar guru menjadi pilar pembentuk budaya yang positif di sekolah.
Kenyamanan
juga akan mudah didapat siswa jika sekolah memberikan fasilitas yang
memadai (tidak harus mewah). Ruang kelas dan fasilitas pendukung lain
harus direkayasa senyaman mungkin. Kebersihan, tata letak, sirkulasi
udara, pencahayaan, pewarnaan dinding yang baik, adalah bagian-bagian
yang bisa dimanipulasi sesuai selera.
Cara lain untuk mencipta sekolah yang nyaman adalah tamanisasi
di sekolah. Artinya adalah menggerakkan penghijauan di setiap
ruang-ruang yang masih kosong. Fungsinya, dapat memberikan suasana segar
dan teduh. Sehingga dengan keteduhan juga akan membawa pengaruh positif
pada psikologis siswa.
Adanya materi pembelajaran yang terkadang
memberikan beban tersendiri, akan berkurang jika berada dalam lingkungan
yang ‘hijau’ apalagi rekreatif. Misalnya saja sesaat setelah
mengikuti pembelajaran yang menguras energi, siswa bisa memanjakan
pandangan pada indahnya taman sekolah. Di kala istirahat siswa bisa
memanfaatkan pepohonan sebagai tempat peristirahatan sekaligus
bercengkerama dengan teman-teman yang lain. Guru pun bisa memanfaatkan
fasilitas luar kelas sebagai tempat pembelajaran yang menarik.
Ilustrasi
tersebut hanya terdapat pada sekolah yang memang peduli pada keasrian
dan suasana hijau di sekolah. Upaya-upaya yang bisa dilakukan salah
satunya adalah dengan menciptakan sekolah hijau (green school), yakni dengan mengadakan kegiatan penghijauan di sekolah.
Gerakan
penghijauan yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan bercocok tanam
belaka. Akan tetapi lebih kepada spirit untuk memerangi segala hal yang
berakibat pada global warming (pemanasan global). Beberapa
diantaranya yang mudah diterapkan adalah pemakaian listrik secara bijak
di dalam kelas. Pembuangan sampah yang perlu dipisah antara organik dan
non-organik. Atau yang sedikit perlu digalakkan lagi adalah pemanfaatan
sampah yang sudah dipisah antara organik dan non-organik tersebut.
Pengelolaan
sampah di sekolah juga penting melibatkan siswa. Manfaatnya adalah
sebagai salah satu bentuk pendidikan kepada siswa. Manfaatnya mampu
menumbuhkan sense of belonging siswa kepada sekolah. Adanya
partisipasi siswa juga menjadi bukti bahwa hubungan yang hangat antara
siswa dan sekolah benar-benar terwujud.
Mengelola sampah tidak
hanya sampai memisahkan, namun juga memprosesnya supaya menjadi produk
yang bermanfaat.Siswa harus dibiasakan untuk memilah sampah organik bisa
dimanfaatkan menjadi pupuk. Sampak yang an-organik dijadikan bahan
kreasi seni (recycle handycraft). Usahaini tidak hanya memicu kreatifitas namun juga menambah ketrampilan yang bernilai ekonomis.
Program
ini membutuhkan dukungan sistem yang kuat. Sehingga keterpaduan antar
lini, baik sekolah, Guru maupun orang tua dan siswa sangat diutamakan.
Supaya terjalin kerjasama yang berkesinambungan. Jika sudah terjalin
komunikasi dengan baik, niscaya menjadikan sekolah ‘hijau’ bukan lagi
perkara yang sulit.
Perlu kita ketahui bahwa pemanasan global
sudah tidak bisa dibendung lagi. Namun, setidaknya kita bisa mengurangi
dampaknya yang begitu luas. Dengan mewujudkan sekolah menjadi tempat
yang ‘hijau’, penuh dengan kesejukan, bersih dan asri. Ada pepatah
mengatakan Rumahku Surgaku, maka bisa pula dijadikan sebagai slogan menjadi Sekolahku adalah Surgaku. Semoga bermanfaat. ***