HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Ahok Tetap Melanjutkan Reklamasi Pulau, Masyarakat Nelayan Ancam Bakar Pulau

Kegiatan Reklamasi - Puluhan perwakilan nelayan mendatangi Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta. Tuntutannya, mendesak para wakil raky...

Kegiatan Reklamasi - Puluhan perwakilan nelayan mendatangi Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta. Tuntutannya, mendesak para wakil rakyat di Kebon Sirih menyelamatkan nelayan dengan menolak proyek reklamasi Pulau G milik PT Muara Wisesa Samudera (Agung Podomoro), serta pulau-pulau buatan lainnya di pesisir Jakarta Utara.

“Kami mohon agar reklamasi dihentikan karena membuat sengsara ribuan nelayan,” kata Ketua Forum Kerukunan Nelayan Muara Angke Syarifuddin, (16/2). 

Syarifudin mengatakan, ribuan nelayan yang berdomisili di sekitar Teluk Jakarta, seperti Muara Angke, Kalibaru, Cilincing dan Marunda, kini menderita.

Sebab kesulitan melaut lantaran tempat mencari ikan sudah dikapling-kapling oleh para pengembang.
Ia menuturkan, proyek reklamasi sama saja membunuh nelayan secara masal.

“Nelayan terkena dampak secara langsung, seperti tangkapan kami mulai berkurang, susah melaut, dan sama saja reklamasi ini menutup mata pencaharian nelayan,” keluh Syarifuddin.

Puluhan nelayan tersebut diterima sejumlah anggota Fraksi PDI Perjuangan, antara lain Gembong Warsono, Raja Natal Sitindjak, Merry Hotma, Ricardo, Jhonny Simanjutak dan Yuke Yurike.

Perwakilan nelayan, M Tahir mengatakan, keluarganya sudah tiga turunan berprofesi sebagai nelayan.

Dengan dibangunnya pulau reklamasi, saat ini nelayan terancam kehilangan mata pencarian. Karena posisi pulau-pulau yang dibangun tepat berada di areal nelayan tradisional menangkap ikan.

”Nelayan pesisir Utara Jakarta ini disebut sebagai nelayan 5 getek. Perahunya hanya mampu mencapai 4 mil saja kalau lebih perahunya akan pecah,” tuturnya.

Sedangkan zonasi pulau-pulau reklamasi jaraknya hanya 100 meter dari garis pantai. Zonasi itulah sebenarnya lahan bagi para nelayan untuk menyambung hidup seharihari.

Jika pulau yang dibangun jaraknya lebih dari 5 mil, maka nelayan pesisir utara Jakarta tidak akan mempermasalahkannya.

Dia juga menuding, pengembang yang saat ini mengerjakan pengurukan untuk pulau menggunakan Amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) bodong.

Dia juga menyebut, jutaan ikan yang mati di pantai Ancol akibat dampak pembangunan Pulau G di Pantai Indah Kapuk yang saat ini terus berjalan.

”Jangan biarkan pengembang mencaplok wilayah nelayan. Tidak ada nelayan yang mendukung reklamasi pulau,” ungkap dia.

Jika pembangunan pulau dibiarkan, 80 ribu nelayan tidak akan tinggal diam. Menurut Tahir, persoalan reklamasi ini bukanlah persoalan yang sepele.

”Ini bukan persoalan Kalijodo atau Kampung Pulo. Kalau reklamasi tetap dibangun, saya pastikan (pulau) akan terbakar,” sergah dia.

Perwakilan nelayan yang lain, M Dasim mengungkap, setidaknya setahun nelayan susah mendapatkan tangkapan ikan.

Jika sebelumnya satu perahu mampu menangkap sampai kwintalan tapi sekarang tinggal kenangan.

”Untuk dapat 10 kg saja, kita harus mutar ke Ancol, Cilincing, ke wilayah lain bersaing dengan nelayan setempat,” papar dia. FHI/Indopos