HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Sinarmas: Mengubah Persepsi Negatif Terhadap Kelapa Sawit

PortalHijau.Com - Perkebunan Kelapa Sawit merupakan industri strategis dalam perekonomian Indonesia baik saat ini maupun di masa depan. ...

PortalHijau.Com - Perkebunan Kelapa Sawit merupakan industri strategis dalam perekonomian Indonesia baik saat ini maupun di masa depan.

Dikatakan sebagai industri strategis karena kontribusi industri minyak sawit yang begitu besar baik dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sekitar 4 juta tenaga kerja langsung atau menghidupi lebih 15 juta orang baik langsung maupun tidak langsung, merupakan penyumbang ekspor non migas terbesar yaitu sekitar USD 21 Milyar pada tahun 2014, motor pembangunan daerah pedesaan dan pengurangan kemiskinan.

Kampanye negative terhadap Industri minyak sawit sudah berlangsung lama terhadap minyak sawit. Semula, tema kampanye hanya terbatas pada isu gizi/kesehatan untuk mempengaruhi konsumen, tetapi dalam beberapa tahun terakhir kampanye negatif telah melebar pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

Untuk mengubah persepsi negative tentang perkebunan kelapa sawit, Sinarmas mencoba memberikan pemahaman tentang perkebunan kelapa sawit kepada siswa siswa SMA Negeri 1 kecamatan Semitau dan SMA Negeri 1 kecamatan Silat Hilir. Ratusan mahasiswa tampak antusias belajar memahami manfaat dan keunggulan tanaman yang tumbuh subur di wilayah mereka di Kabupaten Kapuas Hulu.

Kepala Departement Strategic CSR Perkebunan Sinarmas, Linda Gurning, menjelaskan kelapa sawit yang berada di sekitar masyarakat Semitau merupakan bahan dasar untuk kebutuhan rumah tangga atau yang biasa digunakan masyarakat setiap harinya. Seperti minyak goreng, margarin untuk memasak, hingga untuk bahan kosmetik berupa lotion dan cream kulit.

“Nah, sawit kami kenalkan kepada para siswa ini, tujuannya karena daerah tempat mereka tinggali ini diberkahi. Karena industri sawit bisa tumbuh. Jadi kami harapkan anak-anak muda di sini yang menjadi ujung tombak untuk terlibat dan menggerakan industri ini,” katanya.

Tanaman yang masuk ke Indonesia pada tahun 1848, kata Linda, juga bermanfaat sebagai biodiesel. Bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan terbaharukan. Bayangkan saja, katanya, bila selama ini untuk mencari bahan bakar harus mengeksplorasi hingga ke tengah lautan dengan investasi yang luar biasa besar. Masalah lainnya, bahan bakar itu bisa segera habis.

“Jadi Biodiesel adalah masa depan bahan bakar kita dan dihasilkan di tempat sekitar kita. Kalau bahan bakar berbasis fosil terbentuknya itu ribuan tahun, nah kalau sawit bisa replanting, kita tidak perlu lagi tergantung dengan asing,” ungkapnya.

Tercatat kontribusi kelapa sawit bagi devisa Indonesia sebesar 21 miliar dolar AS pada 2014. Di hadapan pelajar, ia turut menceritakan kampanye negatif terhadap sawit adalah kebohongan yang disebar untuk mematikan industri kelapa sawit yang tumbuh subur di Indonesia. Padahal yang terjadi kelapa sawit yang ditanam terutama oleh Sinarmas sangat memperhatikan aspek lingkungan.

Dicontohkannya untuk limbah yang dihasilkan dari industri sawit, semuanya diolah kembali alias tidak dibuang (zero waste) sehingga tidak mencemari lingkungan. Misalnya limbah cair dan padat kembali diolah menjadi pupuk, sementara limbah fiber dimanfaat sebagai bahan bakar.

“Kami juga berkomitmen untuk tidak menanam di lahan gambut. Serta tidak melakukan pembukaan lahan dengan membakar. Itu sangat kita patuhi,” katanya.

Dia kembali menjelaskan bila dibandingkan minyak zaitun, kedelai, hingga minyak biji matahari, maka sawit bisa dibilang lebih unggul. Pasalnya, sawit bisa menghasilkan minyak per hektare sekitar 3,5 - 5 ton per ha lahan yg digunakan, jauh lebih tinggi dari tanaman “saudaranya” yang baru bisa menghasilkan minyak 0,6 - 0,8 ton per ha dengan kata lain dengan luas tanam yang sama sawit bisa menghasilkan minyak hingga enam kali lebih besar dari minyak Nabati lain.

“Jika Negara lain punya juara dunia, maka kita berharap anak-anak muda di sini mengembangkan ini dan bersama-sama menjadikan sawit sebagai jati diri bangsa. Kita harus ingat, sawit sangat dibutuhkan bagi negara maju, maka ayo kita kembangkan,” tuturnya.

Oktavera W, satu di antara peserta mengaku antusias dengan penjelasan yang diberikan oleh pemateri dari Sinarmas. Gadis berkacamata ini turut memuji perusahaan Sinarmas yang sangat memperhatikan pengelolaan lingkungan dalam menjalankan usaha perkebunan. “Kami lihat tadi seperti apa pengelolaan limbah dari industri sawit milik Sinarmas.

Ternyata, limbah pabrik diolah kembali menjadi pupuk. Artinya kan perusahaan ini sangat memperhatikan ligkungan. Sebagai warga Semitau, tentu kita ingin lingkungan tetap terjaga, dan saya lihat perusahaan ini sangat memperhatikan itu,” kata siswi kelas 12 IPS 1 ini.

Fitri yanti yang sebelumnya memiliki persepsi negative tentang perkebunan sawit setelah mengikutMengubah Persepsi Negatif Terhadap Kelapa Sawit

Ratusan Siswa SMA Belajar Sawit Bersama Sinarmas
Farry Surya Regional Control Semitau mengatakan pendidikan sawit yang diberikan pada siswa di Semitau bertujuan untuk melawan anggapan bahwa sawit itu buruk atau merusak lingkungan. Apalagi, Sinarmas sebagai perusahaan kelapa sawit di Indonesia telah menjadikan “sustainability” atau prinsip berkelanjutan sebagai salah kebijakan dasar yang harus dilaksanakan oleh semua jajaran dalam perusahaan. Maknanya, perusahaan sangat memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dalam menjalankan usaha.

“Jadi kita sampaikan ini kepada anak-anak muda di Semitau. Kami jelaskan apa itu kelapa sawit, bagaimana kita menjalankannya secara sustainability dan bertanggungjawab dengan sangat memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dimana kita telah memiliki GSEP (GAR Social and Enviroment Policy),” ujarnya.

Dia menjelaskan bila dalam sustainability business ada tiga unsur penting yang diperhatikan yaitu people, planet dan profit. Ini mengartikan perusahaan Sinarmas dalam menjalankan produksinya sangat mempertimbangkan dampak lingkungan atau unsur planet, namun demikian tentunya usaha yang dijalankan harus bisa memberikan keuntungan kepada perusahaan (profit) yang nantinya bisa memberikan manfaat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (people).

“Semua prinsip dari sustainability itu kita jalankan. Langkah awal kami adalah menyampaikan ini kepada generasi muda,” katanya.

Tidak hanya memberikan pemahaman tentang perkebunan sawit, para siswa juga diberikan Seminar Motivasi “Merajut Mimpi” untuk siswa siswa kelas 12 yang notabane akan segera mengakhiri pendidikan menengah atasnya ini ditantang untuk mulai bermimpi akan ke arah mana cita-cita mereka dibawa.

Linda menerangkan saat ini program CSR Sinarmas akan lebih difokuskan pada capacity building. Contohnya adalah kegiatan Seminar Motivasi yang diberikan pada ratusan siswa Semitau ini. Seminar ini, katanya, adalah untuk mengajak siswa agar berani bermimpi dan menggali potensi diri. Dia berharap para pelajar ini turut melihat peluang di sekitar mereka.

“Di tempat mereka ini sawit tumbuh subur. Kami berharap putra putri daerah di sini suatu hari nanti bisa menjadi pemimpin perusahaan sawit,” harapnya.

Menurutnya lagi CSR yang bergerak di bidang pendidikan sangat penting sehingga Sinarmas memandang perlu dan menjadikkannya pilar penting dalam program tanggung jawab sosial perusahaan. Nina Soraya