PortalHijau.Com - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono memaparkan enam langkah yang dapat diterapkan negara-negara berkembang unt...
PortalHijau.Com - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono memaparkan enam langkah yang
dapat diterapkan negara-negara berkembang untuk mewujudkan ekonomi
hijau, yakni pertumbuhan yang menerapkan prinsip keberlanjutan sekaligus
menurunkan emisi guna menghambat pemanasan global.
"Hal paling utama kepemimpinan. Tidak hanya presiden, tapi juga
sampai ke menteri dan kepala daerah, semuanya harus kuat dan bersatu,"
katanya saat menyampaikan pidato sesi bertajuk "The Pathway to a
Sustainable Low Carbon and Climate Resilient Economy" di KTT PBB
Perubahan Iklim (COP-21) di Le Bourget, Paris, Prancis, Selasa.
Dalam sesi tersebut, SBY yang saat ini menjabat sebagai Presiden
Global Green Growth Institute (GGGI) menjadi pembicara bersama Direktur
UNEP, Achim Steiner, Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop dan
Menteri Perdagangan dan Perubahan Iklim Selandia Baru, Tim Groser.
Menurut SBY, selain faktor kepemimpinan, kebijakan dan regulasi yang kuat dan efektif harus diterapkan dengan tegas.
Strategi ketiga menurut dia adalahinvestasi sebab sulit bagi negara
berkembang untuk meningkatkan perekonomian sekaligus mengurangi
kemiskinan tanpa investasi.
"Tidak mungkin juga mengurangi emisi dari sektor energi dan lainnya tanpa investasi," katanya menambahkan.
Langkah keempat adalah terkait teknologi. Saat ini kata SBY,
teknologi pembangkit listrik tenaga surya atau solar panel sudah
tersedia dengan harga murah.
Kondisi ini menurut dia adalah harapan baru bagi pengembangan
energi terbarukan. Sebab, bila harga teknologi terbarukan masih mahal
akan sulit bersaing dengan pemakaian energi dari fosil, khususnya minyak
bumi.
Sedangkan langkah kelima adalah edukasi, yakni menerapkan
pendidikan tentang pelestarian lingkungan sejak dini kepada para
generasi penerus.
"Edukasi ini sangat penting untuk secara bertahap mengubah
kebiasaan masyarakat untuk menghemat energi dan menerapkan gaya hidup
hijau. Memang tidak bisa instan karena inia dalah investasi jangka
panjang," ujar dia.
Adapun langkah terakhir adalah kerjasama internasional. Menurut
SBY, akan sulit bagi negara berkembang memelihara hutannya tanpa
dukungan luar negeri.
Apalagi pemerintah Indonesia sudah mengumumkan komitmen kontribusi
penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan usaha sendiri
pada 2013 dan dapat meningkat menjadi 41 persen dengan bantuan
internasional.
"Indonesia harus menjalankannya dengan sungguh-sungguh dan hasilnya
memang tidak bisa dirasakan sekarang tapi yakin dan percaya akan
memetik hasilnya pada waktu-waktu mendatang," katanya.
Sementara Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop mengatakan
bahwa pihaknya bekerjasama dengan Indonesia untuk berbagai program
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Khusus untuk penurunan emisi gas rumah kaca kata dia, Pemerintah
Australia melalui Australian Aid bekerjasama dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk menciptakan sistem penghitungan
emisi karbon dan ke depan akan terus mengembangkan kerja sama. Aditia Maruli