Penyakit Hati Adalah Tamak, Serakah, Egois Dan Lain-Lain. Penyakit Yang Seperti Inilah Yang Mendorong Seseorang Untuk Berbuat Kerusakan U...
Penyakit Hati Adalah Tamak, Serakah, Egois Dan Lain-Lain.
Penyakit Yang Seperti Inilah Yang Mendorong Seseorang Untuk Berbuat Kerusakan
Untuk Menutupi Sifat Tamak, Serakah, Egois Yang Ada Di Dalam Hati Mereka.
Inspirasi - Dan apabila dikatakan kepada mereka Dan apabila dikatakan kepada mereka : “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab : “Sesuangguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. (Q.S. Al-Baqarah ayat 11).
Alquran memberikan gambaran tentang karakter orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Karakter yang digambarkan adalah pembelaan diri dengan benar-benar serius membuat argumentasi terbalik dari apa yang dituduhkan.
Adapun yang dimaksud dengan argumentasi terbalik ialah tidak mengakui yang dituduhkan bahkan mengemukakan kebalikannya. Sebagai contoh, jika dikatakan kepada mereka "jangan membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab sambil menantang bahwa mereka tidak berbuat kerusakan tetapi kebaikan.
Meskipun dampak kerusakan yang mereka lakukan jelas dilihat secara kasat mata namun para perusak tetap saja berkilah bahwa perbuatan mereka adalah baik. Alquran menyebutkan bahwa karakter yang seperti ini adalah karakter orang-orang munafik.
Orang-orang yang seperti ini memiliki seribu alasan untuk melegalkan perbuatan jahat yang mereka lakukan. Padahal, tujuan mereka hanya satu yaitu untuk mencari keuntungan pribadi walaupun orang lain menderita karenanya.
Kadang-kadang, salah satu di antara ribuan alasan tersebut ada juga yang masuk akal. Selain itu, mereka juga tidak segan-segan menggunakan jasa orang-orang yang berpengaruh di masyarakat untuk melegalkan perbuatan merusak yang mereka lakukan.
Kelihaian mereka membuat alasan dan merekrut orang-orang yang berpengaruh menyebabkan tidak sedikit pula masyarakat yang membela mereka melakukan kerusakan-kerusakan ini. Pada umumnya, pembelaan ini berdatangan dari orang-orang yang menerima bagian dari kerusakan yang mereka lakukan.
Tepat sekali ketika Alquran menggambarkan bahwa karakter yang semacam ini adalah karakter orang-orang munafik. Mereka pandai bermanis muka ketika berhadapan sehingga niat busuk mereka di belakang sulit terpantau. Orang-orang yang berkarakter seperti ini percuma saja diberikan pandangan. Bahkan Alquran sendiri (Q.S. al-Baqarah ayat 6) menyebutkan percuma saja apakah mereka diberikan peringatan atau tidak namun hasilnya tetap nihil.
Ketidakpedulian mereka ini disebabkan bahwa hati, telinga dan penglihatan mereka sudah tertutup. Kata-kata iman, Islam, agama, sosial, kemanusiaan dan lain-lain senantiasa meluncur dari mulut mereka tetapi hati mereka bertolak belakang. Para perusak di muka bumi ini dengan sengaja membuat ungkapan-ungkapan manis yang mempesona dengan tujuan untuk menipu Tuhan dan orang-orang yang beriman. Tetapi, menurut Alquran, mereka hanya menipu diri mereka sendiri.
Kebanyakan para mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menipu diri mereka adalah diri mereka sendiri bukan Tuhan dan bukan pula orang-orang yang beriman. Menurut hemat penulis bahwa yang tertipu adalah orang-orang yang memiliki karakter sama dengan mereka. Hal ini sama dengan pernyataan Alquran "janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri".
Karakter orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi ini disebutkan lagi oleh Alquran yaitu orang-orang yang terdapat penyakit di dalam hati mereka. Menurut al-Razi dalam tafsirnya Mafatih al-Ghayb, bahwa yang dimaksud dengan "penyakit" adalah sifat yang mendorong suatu perbuatan untuk menimbulkan bencana. Akan tetapi menurut hemat penulis bahwa yang dimaksud dengan penyakit hati adalah tamak, serakah, egois dan lain-lain. Penyakit yang seperti inilah yang mendorong seseorang untuk berbuat kerusakan untuk menutupi sifat tamak, serakah, egois yang ada di dalam hati mereka.
Jika penyakit-penyakit di atas sudah menghinggapi hati seseorang akan muncul lagi penyakit-penyakit yang lain. Itulah sebabnya, orang-orang yang suka berbuat kerusakan sulit untuk berhenti dari perbuatannya karena virus yang lama akan menumbuhkan virus yang baru pula.
Kuat dugaan, bahwa para pembakar lahan bukanlah orang-orang susah tapi para pengusaha yang sudah berkecukupan. Oleh karena itu, sekaya apapun mereka akan tetap saja melakukan aksinya karena hati mereka penuh dengan penyakit meskipun akibat dari pembakaran tersebut dapat menimbulkan korban nyawa dan kemelaratan.
Alquran sudah menjelaskan tentang karakter para perusak ini dan juga menjelaskan bahwa himbauan dan nasihat percuma saja dilakukan. Pernyataan Alquran ini mengisyaratkan bahwa untuk menghadapi para perusak ini tidak cukup menggunakan bahasa lisan akan tetapi harus menggunakan bahasa pisik.
Pernyataan Alquran di atas menarik untuk dijadikan "pisau analisis" melihat fenomena asap akhir-akhir ini. Bencana asap bukan hanya terjadi tahun ini saja akan tetapi beberapa tahun sebelumnya bencana ini sudah ada. Korban-korban sudah banyak berjatuhan, perekonomian mundur, kesehatan memburuk bahkan pendidikanpun terancam.
Himbauan, nasihat, makian dan sumpah serapah sudah dilakukan namun sedikitpun mereka tak bergeming. Jika Alquran sudah menyatakan dari dulu bahwa cara seperti ini sia-sia maka tidak perlu dilakukan dan sudah pasti hasilnya nihil. Adapun yang harus dilakukan adalah mencari alternatif lain untuk menahan perbuatan-perbuatan para perusak ini.
Alternatif yang ditawarkan oleh Alquran adalah melakukan hukuman fisik yaitu dibunuh, disalib, dipotong tangan dan kaki timbal balik dan dibuang (dipenjarakan). Alasan untuk memberlakukan hukuman fisik ini dapat dijumpai di dalam Q.S. al-Ma'idah ayat 33.
Hukuman fisik yang ditawarkan oleh Alquran ini sangat manusiawi. Sebagai contoh, mereka cocok dibunuh karena akibat dari perbuatan mereka sudah banyak yang menimbulkan korban nyawa. Sesuai dengan pandangan hukum Alquran bahwa nyawa harus dibalas dengan nyawa.
Mereka perlu diberlakukan hukuman salib supaya mereka mati pelan-pelan dan hukuman inipun masih rasional. Alasan logis yang dapat dikemukakan adalah bahwa perbuatan mereka yang membakar lahan sembarangan banyak menimbulkan penyakit yang membuat penderitanya juga mati pelan-pelan.
Selain itu, mereka juga patut diberlakukan hukuman potong dangan dan kaki timbal balik karena perbuatan mereka lebih sadis dari mencuri. Dikatakan demikian, karena mudharat dari perbuatan mencuri hanya dirasakan oleh yang punya harta saja sedangkan mudharat dari pembakaran lahan dirasakan oleh banyak orang seperti terganggunya transportasi.
Kemudian pemberlakuan hukuman dibuang (penjara) adalah hukuman fisik yang terendah ditawarkan oleh Alquran. Sebenarnya, pada tataran hukuman yang terendah inipun jika dilakukan secara konsisten sudah dapat menimbulkan efek jera.
Beberapa jenis hukuman yang ditawarkan oleh Alquran ini menunjukkan bahwa untuk memberantas karakter para perusak harus dengan memberlakukan sanksi fisik. Hal ini perlu dilakukan karena karakter yang terdapat dalam diri mereka sudah mengkristal sehingga tidak ada celah lagi untuk memperbaikinya kecuali dengan membinasakannya.
Ironisnya, apa yang dilakukan selama ini baru sebatas retorika seperti demo membawa spanduk, berteriak-teriak, disiarkan di media cetak dan elektronik yang menurut Alquran sudah tidak sesuai lagi dengan karakter yang mereka miliki.
Akibat dari ketidaksesuaian hukuman yang diberikan maka karakter tersebut terus saja tumbuh dan berkembang sehingga sangat mempengaruhi generasi-generasi berikutnya. Tepat sekali penetapan yang dibuat oleh Alquran bahwa pada prinsipnya mereka ini adalah orang-orang munafik.
Karakter yang paling menonjol dari orang-orang munafik adalah tidak memiliki sifat loyalitas baik kepada pemimpin maupun kepada negara. Oleh karena itu, para perusak di muka bumi ini seperti membakar lahan yang berlebihan adalah cerminan dari ketidakloyalan mereka terhadap negara. Orang-orang yang seperti ini sudah saatnya dimusnahkan dari bumi pertiwi ini karena mereka lebih kejam dari penjajah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi memiliki karakter akut yang sulit diobati. Jalan satu-satunya supaya karakter ini tidak tumbuh dan berkembang adalah dengan membasminya melalui cara pemberlakuan hukuman fisik di atas. *****
Penulis: Achyar Zein : Ketua Prodi Tafsir-Hadis PPs UIN SU | Berita Sore
Inspirasi - Dan apabila dikatakan kepada mereka Dan apabila dikatakan kepada mereka : “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab : “Sesuangguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. (Q.S. Al-Baqarah ayat 11).
Alquran memberikan gambaran tentang karakter orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Karakter yang digambarkan adalah pembelaan diri dengan benar-benar serius membuat argumentasi terbalik dari apa yang dituduhkan.
Adapun yang dimaksud dengan argumentasi terbalik ialah tidak mengakui yang dituduhkan bahkan mengemukakan kebalikannya. Sebagai contoh, jika dikatakan kepada mereka "jangan membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab sambil menantang bahwa mereka tidak berbuat kerusakan tetapi kebaikan.
Meskipun dampak kerusakan yang mereka lakukan jelas dilihat secara kasat mata namun para perusak tetap saja berkilah bahwa perbuatan mereka adalah baik. Alquran menyebutkan bahwa karakter yang seperti ini adalah karakter orang-orang munafik.
Orang-orang yang seperti ini memiliki seribu alasan untuk melegalkan perbuatan jahat yang mereka lakukan. Padahal, tujuan mereka hanya satu yaitu untuk mencari keuntungan pribadi walaupun orang lain menderita karenanya.
Kadang-kadang, salah satu di antara ribuan alasan tersebut ada juga yang masuk akal. Selain itu, mereka juga tidak segan-segan menggunakan jasa orang-orang yang berpengaruh di masyarakat untuk melegalkan perbuatan merusak yang mereka lakukan.
Kelihaian mereka membuat alasan dan merekrut orang-orang yang berpengaruh menyebabkan tidak sedikit pula masyarakat yang membela mereka melakukan kerusakan-kerusakan ini. Pada umumnya, pembelaan ini berdatangan dari orang-orang yang menerima bagian dari kerusakan yang mereka lakukan.
Tepat sekali ketika Alquran menggambarkan bahwa karakter yang semacam ini adalah karakter orang-orang munafik. Mereka pandai bermanis muka ketika berhadapan sehingga niat busuk mereka di belakang sulit terpantau. Orang-orang yang berkarakter seperti ini percuma saja diberikan pandangan. Bahkan Alquran sendiri (Q.S. al-Baqarah ayat 6) menyebutkan percuma saja apakah mereka diberikan peringatan atau tidak namun hasilnya tetap nihil.
Ketidakpedulian mereka ini disebabkan bahwa hati, telinga dan penglihatan mereka sudah tertutup. Kata-kata iman, Islam, agama, sosial, kemanusiaan dan lain-lain senantiasa meluncur dari mulut mereka tetapi hati mereka bertolak belakang. Para perusak di muka bumi ini dengan sengaja membuat ungkapan-ungkapan manis yang mempesona dengan tujuan untuk menipu Tuhan dan orang-orang yang beriman. Tetapi, menurut Alquran, mereka hanya menipu diri mereka sendiri.
Kebanyakan para mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menipu diri mereka adalah diri mereka sendiri bukan Tuhan dan bukan pula orang-orang yang beriman. Menurut hemat penulis bahwa yang tertipu adalah orang-orang yang memiliki karakter sama dengan mereka. Hal ini sama dengan pernyataan Alquran "janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri".
Karakter orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi ini disebutkan lagi oleh Alquran yaitu orang-orang yang terdapat penyakit di dalam hati mereka. Menurut al-Razi dalam tafsirnya Mafatih al-Ghayb, bahwa yang dimaksud dengan "penyakit" adalah sifat yang mendorong suatu perbuatan untuk menimbulkan bencana. Akan tetapi menurut hemat penulis bahwa yang dimaksud dengan penyakit hati adalah tamak, serakah, egois dan lain-lain. Penyakit yang seperti inilah yang mendorong seseorang untuk berbuat kerusakan untuk menutupi sifat tamak, serakah, egois yang ada di dalam hati mereka.
Jika penyakit-penyakit di atas sudah menghinggapi hati seseorang akan muncul lagi penyakit-penyakit yang lain. Itulah sebabnya, orang-orang yang suka berbuat kerusakan sulit untuk berhenti dari perbuatannya karena virus yang lama akan menumbuhkan virus yang baru pula.
Kuat dugaan, bahwa para pembakar lahan bukanlah orang-orang susah tapi para pengusaha yang sudah berkecukupan. Oleh karena itu, sekaya apapun mereka akan tetap saja melakukan aksinya karena hati mereka penuh dengan penyakit meskipun akibat dari pembakaran tersebut dapat menimbulkan korban nyawa dan kemelaratan.
Alquran sudah menjelaskan tentang karakter para perusak ini dan juga menjelaskan bahwa himbauan dan nasihat percuma saja dilakukan. Pernyataan Alquran ini mengisyaratkan bahwa untuk menghadapi para perusak ini tidak cukup menggunakan bahasa lisan akan tetapi harus menggunakan bahasa pisik.
Pernyataan Alquran di atas menarik untuk dijadikan "pisau analisis" melihat fenomena asap akhir-akhir ini. Bencana asap bukan hanya terjadi tahun ini saja akan tetapi beberapa tahun sebelumnya bencana ini sudah ada. Korban-korban sudah banyak berjatuhan, perekonomian mundur, kesehatan memburuk bahkan pendidikanpun terancam.
Himbauan, nasihat, makian dan sumpah serapah sudah dilakukan namun sedikitpun mereka tak bergeming. Jika Alquran sudah menyatakan dari dulu bahwa cara seperti ini sia-sia maka tidak perlu dilakukan dan sudah pasti hasilnya nihil. Adapun yang harus dilakukan adalah mencari alternatif lain untuk menahan perbuatan-perbuatan para perusak ini.
Alternatif yang ditawarkan oleh Alquran adalah melakukan hukuman fisik yaitu dibunuh, disalib, dipotong tangan dan kaki timbal balik dan dibuang (dipenjarakan). Alasan untuk memberlakukan hukuman fisik ini dapat dijumpai di dalam Q.S. al-Ma'idah ayat 33.
Hukuman fisik yang ditawarkan oleh Alquran ini sangat manusiawi. Sebagai contoh, mereka cocok dibunuh karena akibat dari perbuatan mereka sudah banyak yang menimbulkan korban nyawa. Sesuai dengan pandangan hukum Alquran bahwa nyawa harus dibalas dengan nyawa.
Mereka perlu diberlakukan hukuman salib supaya mereka mati pelan-pelan dan hukuman inipun masih rasional. Alasan logis yang dapat dikemukakan adalah bahwa perbuatan mereka yang membakar lahan sembarangan banyak menimbulkan penyakit yang membuat penderitanya juga mati pelan-pelan.
Selain itu, mereka juga patut diberlakukan hukuman potong dangan dan kaki timbal balik karena perbuatan mereka lebih sadis dari mencuri. Dikatakan demikian, karena mudharat dari perbuatan mencuri hanya dirasakan oleh yang punya harta saja sedangkan mudharat dari pembakaran lahan dirasakan oleh banyak orang seperti terganggunya transportasi.
Kemudian pemberlakuan hukuman dibuang (penjara) adalah hukuman fisik yang terendah ditawarkan oleh Alquran. Sebenarnya, pada tataran hukuman yang terendah inipun jika dilakukan secara konsisten sudah dapat menimbulkan efek jera.
Beberapa jenis hukuman yang ditawarkan oleh Alquran ini menunjukkan bahwa untuk memberantas karakter para perusak harus dengan memberlakukan sanksi fisik. Hal ini perlu dilakukan karena karakter yang terdapat dalam diri mereka sudah mengkristal sehingga tidak ada celah lagi untuk memperbaikinya kecuali dengan membinasakannya.
Ironisnya, apa yang dilakukan selama ini baru sebatas retorika seperti demo membawa spanduk, berteriak-teriak, disiarkan di media cetak dan elektronik yang menurut Alquran sudah tidak sesuai lagi dengan karakter yang mereka miliki.
Akibat dari ketidaksesuaian hukuman yang diberikan maka karakter tersebut terus saja tumbuh dan berkembang sehingga sangat mempengaruhi generasi-generasi berikutnya. Tepat sekali penetapan yang dibuat oleh Alquran bahwa pada prinsipnya mereka ini adalah orang-orang munafik.
Karakter yang paling menonjol dari orang-orang munafik adalah tidak memiliki sifat loyalitas baik kepada pemimpin maupun kepada negara. Oleh karena itu, para perusak di muka bumi ini seperti membakar lahan yang berlebihan adalah cerminan dari ketidakloyalan mereka terhadap negara. Orang-orang yang seperti ini sudah saatnya dimusnahkan dari bumi pertiwi ini karena mereka lebih kejam dari penjajah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi memiliki karakter akut yang sulit diobati. Jalan satu-satunya supaya karakter ini tidak tumbuh dan berkembang adalah dengan membasminya melalui cara pemberlakuan hukuman fisik di atas. *****
Penulis: Achyar Zein : Ketua Prodi Tafsir-Hadis PPs UIN SU | Berita Sore