Perusahaan dan pebisnis harus lebih berhati-hati dalam menggunakan bahan-bahan kimia. Permintaan pasar atas produk yang aman terus meni...
Perusahaan dan pebisnis harus lebih berhati-hati
dalam menggunakan bahan-bahan kimia. Permintaan
pasar atas produk yang aman terus meningkat. Sementara penarikan produk yang
berbahaya berpotensi merugikan perusahaan hingga jutaan dolar.
Hal ini terungkap dalam laporan terbaru yang
dirilis oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, Clean
Production Action di Jenewa, Swiss, Senin, 15 Desember, 2014.
Laporan berjudul “The Business Case for Knowing
Chemicals in Products and Supply Chains” menyimpulkan bahwa jika perusahaan
secara aktif mengelola penggunaan bahan-bahan kimia, penjualan perusahaan akan
meningkat dalam jangka panjang. Jaringan pasokan perusahaan juga akan lebih
sehat.
Bahan kimia tersebar di mana-mana, hampir semua
produk yang kita pakai sehari-hari, menggunakan bahan kimia. Konsumen, peritel
dan pemilik merek, ingin mengetahui bagaimana dampak dan jenis bahan kimia yang
ada dalam produk mereka.
Tuntutan agar perusahaan transparan dalam
penggunaan bahan-bahan kimia terus meningkat. Saat perusahaan secara aktif
mengungkapkan bahan-bahan kimia yang mereka gunakan, dampak negatif bahan kimia
yang berbahaya bisa dihindari.
Tanpa adanya transparansi, risiko yang dihadapi
perusahaan sangat besar. Tidak hanya penjualan, namun juga reputasi merek dan
kerugian atau ongkos-ongkos lain yang tidak nampak.
Perusahaan yang pasif misalnya, bisa terkena
denda dalam jumlah besar, kehilangan nilai dan pangsa pasar, jika bahan kimia
yang terkandung dalam produk mereka terungkap.
Laporan ini juga mengungkapkan, bahwa selama
periode tiga tahun, Target, Walgreen Co., CVS Pharmacy dan Costco Warehouse diharuskan
membayar denda senilai US$138 juta akibat kandungan bahan kimia dalam produk
mereka.
Penarikan produk juga bisa merugikan perusahaan.
Sony misalnya, menarik konsol permainan andalan mereka PlayStation pada 2011
akibat kandungan cadmium yang melebihi batas aman sehingga merugi lebih dari
US$150 juta akibat penurunan penjualan dan biaya rancang ulang produk.
Sementara itu Mattel menarik lebih dari 9 juta
mainan mereka pada 2007 akibat kandungan timbel di cat yang merugikan
perusahaan sebesar US$110 juta. Harga saham Matttel juga anjlok 18%. Sementara
RC2 Corporations pada tahun 2007 menarik kereta mainan akibat kandungan timbel
dalam cat yang melampaui batas, merugikan perusahaan US$48 juta dan memangkas
harga saham hingga separuhnya.
Pasar pun tidak lupa menghukum produk perusahaan
yang dianggap tidak aman. Pada 2009, puluhan ribu konsumen dan toko di China
memboikot produk perawatan bayi Johnson & Johnson setelah pihak yang
berwenang di Amerika Serikat menemukan kandungan formaldehyde dan 1,4-dioxane
dalam produk mereka. Pangsa pasar produk Johnson & Johnson di China turun
hampir 10%.
Bagi perusahaan yang proaktif, mereka akan bisa
menghindari denda dan penarikan produk. Karena mereka akan siap dalam
menghadapi kemungkinan penarikan produk termasuk mengetahui regulasi-regulasi
baru dari pemerintah dan bertindak cepat dalam merespon permintaann pasar dalam
mengendalikan dan mengurangi kandungan kimia dalam produk mereka.
Sebagai contoh: Coastwide Laboratories, divisi
dari Staples, mendesain dan berinvestasi di jajaran produk baru – dengan merek
The Sustainable Earth – yang menggunakan bahan-bahan kimia yang aman. Merek ini
kemudian menjadi pendorong utama penjualan Coastwide Laboratories dan pangsa
pasar mereka terus bertumbuh pada awal tahun 2000-an.
Perusahaan lain, Shaw Industries mengganti dasar
karpet mereka dengan bahan baku yang lebih aman sehingga mengurangi berat
hingga 40% dan dengan cepat menarik perhatian pasar. Kapasitas produksi mereka
naik tiga kali lipat pada 2000 dan pada akhir 2002, penjualan produk EcoWorx
mereka mampu melampaui carpet yang menggunakan lapisan dasar PVC.
Seagate Technology PLC, produsen alat penyimpan
data, menyediakan daftar informasi bahan-bahan kimia yang mereka pakai dalam
pusat data mereka. Sehingga staf bisa mengecek jika ada bahan kimia yang
dicurigai terkandung dalam produk mereka.
Laporan ini menyatakan, banyak industri - pakaian, alas kaki, peralatan luar ruang (outdoor), otomotif, elektronik,
pembersih, perawatan tubuh, bangunan dan ritel – yang memiliki strategi tata
kelola bahan kimia dan sistem informasi yang aktif. Namun masih diperlukan
standar untuk menghadapi tantangan-tantangan baru pada masa datang. (hijauku.com)