KUALA SIMPANG - Sejak lima tahun terakhir sepanjang 11 kilometer tebing sungai Tamiang mengalami abrasi cukup parah. Bahkan dilaporkan p...
KUALA SIMPANG - Sejak lima tahun terakhir sepanjang 11 kilometer tebing sungai Tamiang mengalami abrasi cukup parah. Bahkan dilaporkan puluhan hektare kebun warga di empat desa, Sulum, Pante Tinjo, Mananggini Kecamatan Sekrak, dan Desa Air Tenang Kecamatan Karang Baru, telah amblas ke sungai.
Ketua LSM Keras Aceh Tamiang, Abdul Halim kepada Serambi, Minggu (4/7) mengatakan, pascabanjir bandang, Daerah Aliran Sungai (DAS) Tamiang terus mengalami abrasi bahkan di beberapa tempat mengenai badan jalan dan pemukiman penduduk. Seperti di Desa Sulum, wilayahnya berbentuk pulau berada di tengah sungai Tamiang. Setiap hari tebing sungai dihantam arus sungai. “Jika dibiarkan, sedikit-demi sedikit pemukiman warga akan berubah jadi sungai. Abrasi yang cukup parah sudah terjadi sepanjang 1,5 kilometer di desa ini,” ujarnya.
Abrasi juga terjadi di Desa Pante Tinjo dan Mananggini, tebing sungai di kedua desa ini juga amblas ke sungai sepanjang lima kilometer. Dampaknya, kebun warga terkikis arus terlebih saat sungai Tamiang banjir bahkan ada tanaman sawit di kebun warga tumbang ke sungai. Akibat terjangan arus tersebut, alur sungai yang dahulunya melengkung sekarang menjadi lurus.
Begitu juga di Desa Air Tenang, abrasi juga semakin parah bahkan badan jalan sudah berpindah tiga kali sehingga masyarakat menjadikan kebun warga sebagai jalan. Pemilik kebun pernah minta ganti rugi namun karena digunakan warga akhirnya dibiarkan. “Untuk mengantisipasi terus terjadi abrasi warga berharap pemerintah membangun tanggung di sepanjang Sungai Tamiang,” ujar Halim lagi.
Ketua LSM Keras Aceh Tamiang, Abdul Halim kepada Serambi, Minggu (4/7) mengatakan, pascabanjir bandang, Daerah Aliran Sungai (DAS) Tamiang terus mengalami abrasi bahkan di beberapa tempat mengenai badan jalan dan pemukiman penduduk. Seperti di Desa Sulum, wilayahnya berbentuk pulau berada di tengah sungai Tamiang. Setiap hari tebing sungai dihantam arus sungai. “Jika dibiarkan, sedikit-demi sedikit pemukiman warga akan berubah jadi sungai. Abrasi yang cukup parah sudah terjadi sepanjang 1,5 kilometer di desa ini,” ujarnya.
Abrasi juga terjadi di Desa Pante Tinjo dan Mananggini, tebing sungai di kedua desa ini juga amblas ke sungai sepanjang lima kilometer. Dampaknya, kebun warga terkikis arus terlebih saat sungai Tamiang banjir bahkan ada tanaman sawit di kebun warga tumbang ke sungai. Akibat terjangan arus tersebut, alur sungai yang dahulunya melengkung sekarang menjadi lurus.
Begitu juga di Desa Air Tenang, abrasi juga semakin parah bahkan badan jalan sudah berpindah tiga kali sehingga masyarakat menjadikan kebun warga sebagai jalan. Pemilik kebun pernah minta ganti rugi namun karena digunakan warga akhirnya dibiarkan. “Untuk mengantisipasi terus terjadi abrasi warga berharap pemerintah membangun tanggung di sepanjang Sungai Tamiang,” ujar Halim lagi.